Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts
Monday, November 09, 2009
Paling Tahu
Dua orang profesor berdiskusi. Seorang profesor kacamatabundar mengajukan pertanyaan ke profesor kepalabotak. Sang profesor kepalabotak menjawab dengan penjelasan teori A.
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Saturday, November 07, 2009
Titipan
Ummu Sulaim adalah istri dari sahabat Rasululloh, Abu Tholhah. Tentunya ia juga hidup di jaman Rasulullah. Mereka sungguh keluarga yang harmonis.
Suatu hari sewaktu Abu Tholhah
Suatu hari sewaktu Abu Tholhah
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Friday, October 30, 2009
Aku bisa tidur nyenyak walau ada badai
Mahmud adalah seorang petani. Suatu ketika ia memerlukan pembantu. Namun, tidak ada orang yang mau menjadi pembantunya. Alasannya, daerah itu sering dilanda badai.
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Sunday, October 18, 2009
Kiat-Kiat Mendongeng Yang Baik
Dulu sewaktu kita kecil, kalau mau tidur ibu atau ayah kita sering mendongengkan kita cerita. Entah cerita Nabi dan rsul atau sahabat. Atau juga kisah fabel. Seperti Kancil mencuri ketimun atau Pangeran Kodok.
Nah, inilah sedikit kiat mendongeng yang baik dan mungkin bermanfaat.
Kiat Mendongeng yang baik adalah sebagai berikut
Nah, inilah sedikit kiat mendongeng yang baik dan mungkin bermanfaat.
Kiat Mendongeng yang baik adalah sebagai berikut
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Thursday, October 15, 2009
My father married again
His name Ningrum, we are friends since junior high. I was class president and she was his secretary. He was cheerful and his son quite beautiful for a girl of the present criteria. Especially when her long hair loose. Waow ... tempting charms.
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Tuesday, October 13, 2009
Selayang Kenangan Muddasir
Nah kalau yang ini, ini adalah kegiatan perpustakaan DSAK yang dasir bertugas sebagai koordinator perpustakaan. DSAK membuka perpustakaan setiap hari minggu jam 15.30 sampai 17.30
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Monday, October 12, 2009
Semangka, Lemes dan Telepon
Kemarin aku mengalami hal yang tak mengenakkan.
Pertama:
Pada saat jam istirahat di pabrik kami disediakan makanan catering, setelah ambil nasi dan lauk pauk serta krupuk aku hendak mengambil buah untuk cuci mulut *bukan cuci kakus* ternyata buah telah habis. Aku nanya sama kateringnya,”Mas masih ada tidak buahnya?”
Pertama:
Pada saat jam istirahat di pabrik kami disediakan makanan catering, setelah ambil nasi dan lauk pauk serta krupuk aku hendak mengambil buah untuk cuci mulut *bukan cuci kakus* ternyata buah telah habis. Aku nanya sama kateringnya,”Mas masih ada tidak buahnya?”
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Sunday, October 11, 2009
Antara Sepatu Roda dan Hati
Rendi punya sepatu roda yang ia simpan di dalam kamarnya. Ia tak berani memakainya. Karena ia takut jika sepatu roda itu ia pakai akan rusak.
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Saturday, October 10, 2009
Curhat Nikah
"Perdamaian peerdamaian..
Perdamaian peerdamaian..
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai..
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai.." nada sms
Perdamaian peerdamaian..
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai..
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai.." nada sms
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Thursday, October 08, 2009
Alloh Maha Tahu
Lembah rerumputan terhampar. Menyambut riuh rendah embikan domba. Seorang anak berumur 12 tahun duduk di bawan anggrung mengamati gembala dombanya yang berlari ke sana kemari. Sesekali ia menunduk meneruskan bacaan buku pelajaran Matematikanya. Tangannya lincah menggoreskan ballpoint pilot warna hitam di atas buku catatannya.
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Tuesday, October 06, 2009
Cara Setting Internet HP SONY ERICSSON
Sekedar sharing. Mungkin kalian sudah paham tentang hal di atas. Tapi inti postingan ini justru ada di bawah.
Untuk mensetting Internet handphone, yang perlu diperhatikan bahwa
Untuk mensetting Internet handphone, yang perlu diperhatikan bahwa
Label:
handphone,
internet,
kiat,
Kisah,
pengetahuan
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Sunday, October 04, 2009
Cara Mendapatkan Link dan Backlink
Bukannya saya mau menggurui. Tapi saya hanya ingin sekedar sharing.
Beberapa cara mendapatkan link dan backlink adalah dengan :
1. Blogwalking
Beberapa cara mendapatkan link dan backlink adalah dengan :
1. Blogwalking
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Friday, October 02, 2009
Bela Negara ala Lansia
Siang itu seorang kakek berjalan sempoyongan. Ia memikul keranjang di kanan dan kirinya. Isinya berbagai buah-buahan. Ia telah berjalan dari Pasar Induk Kramat Jati puku 04.00 wib. Dari Kramat Jati ia menjajakan dagangannya hingga ke area perkantoran di Kuningan.
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Wednesday, September 30, 2009
International Bloggers Community Award
International Bloggers Community Award
Ini pertama kali dasir dapat award dan baru bisa masang PR dari kang anton. Bingung cara masangnya,,jadi mohon maklum ya..
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Berkurang dan Bertambah
Suatu pagi kami bertamu ke rumah Omku. Ia seorang guru biologi di SMP Negeri di Kajen, Pekalongan. Selain guru ia juga pengusaha batik.
Sesaat setelah kami duduk, pembantunya memberi kami dua gelas teh.
Aku bersama temanku. Kami duduk bersebelahan di satu kursi. Sedang Omku duduk di kursi seberang.
Ia menanyai temanku, "Kira-kira, air teh di gelas ini, jika diminum akan berkurang apa malah bertambah?"
"Berkurang." jawab temanku tegas.
"Bertambah!" sanggah Omku.
"Kok bisa Om?" tanyaku.
"Ya bisa, contohnya begini. kamu dan temenmu sudah akrab. Lalu temenmu suatu saat main ke rumahmu bareng temennya. Karena sudah akrab, temenmu minum sampai habis tanpa malu-malu begitu disajikan teh oleh kakakmu.
Sedang temannya temanmu yang belum akrab, menunggu dipersilakan. Begitu kamu keluar melihat gelas temanmu sudah kosong, kamu berpikir temanmu kehausan, sehingga kamu isi lagi gelas temenmu hingga penuh. Sekarang, jika kau minum, berkurang apa bertambah?" jelas Omku.
"Ya Om, bertambah." jawab kami kompak.
Salam hangat tuk semuanya...
Sesaat setelah kami duduk, pembantunya memberi kami dua gelas teh.
Aku bersama temanku. Kami duduk bersebelahan di satu kursi. Sedang Omku duduk di kursi seberang.
Ia menanyai temanku, "Kira-kira, air teh di gelas ini, jika diminum akan berkurang apa malah bertambah?"
"Berkurang." jawab temanku tegas.
"Bertambah!" sanggah Omku.
"Kok bisa Om?" tanyaku.
"Ya bisa, contohnya begini. kamu dan temenmu sudah akrab. Lalu temenmu suatu saat main ke rumahmu bareng temennya. Karena sudah akrab, temenmu minum sampai habis tanpa malu-malu begitu disajikan teh oleh kakakmu.
Sedang temannya temanmu yang belum akrab, menunggu dipersilakan. Begitu kamu keluar melihat gelas temanmu sudah kosong, kamu berpikir temanmu kehausan, sehingga kamu isi lagi gelas temenmu hingga penuh. Sekarang, jika kau minum, berkurang apa bertambah?" jelas Omku.
"Ya Om, bertambah." jawab kami kompak.
Salam hangat tuk semuanya...
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Monday, September 28, 2009
Menikmati Teh
Banyak cara digunakan oleh orang-orang dalam menikmati teh. Mulai dari Teh Hitam, Teh Hijau, Teh Rosella, Teh Poci, Teh Tubruk, Teh Cina dan teh-teh yang lain.
Kemarin malam, sewaktu kami mempersiapkan acara Khitan Masal buat esoknya tanggal 26 September, kami terlibat pembicaraan di luar Khitan Masal. Berawal sewaktu ketua panitia mengambil segelas teh hangat.
Ia masuk ke ruangan.
Sewaktu menikmati teh, ia berujar,"Mas Dasir, nek nginum teh kui, aku senenge sing manis koyo kiye."
"Nek aku senenge sing rodo sepet." ujar seorang panitia perempuan.
"Kalau aku juga begitu, kalau sepet itu tehnya terasa." sambung perempuan satunya lagi.
"Kalau terlalu manis tidak enak, enaknya yang sepet-sepet gitu." tambah panitia yang satunya lagi.
"Aku setuju, kalau minum teh yang sepet dan tidak terlalu manis. Gulanya dikit aja." panitia satunya ikut mengeroyok sang ketua.
Aku yang ditanya sang ketua dan dari tadi mendengarkan celotehan panitia-panitia yang tak sependapat dengan ketua ikut nambahin," Kalau aku malah kadang ga pake gula. Jadi tehnya terasa benar!"
Sorry mas ketua, aku tak mendukungmu.
Hehehe..
Waktu telah menunjukkan lewat dari jam 9 malam. Panitia perempuan yang tadi mengeroyok pulang, sedang kami berempat laki-laki tidur di Madrasah, tempat penyelenggaraan khitan masal esoknya.
Pagi pukul setengah enam, sang ketua dan aku pergi ke rumah sesepuh untuk laporan persiapan kegiatan hari ini. Di rumah sesepuh, pembantu memberikan kami teh hangat. Mungkin karena masih teringat kejadian semalam, Sang ketua langsung mengomentari teh buatan pembantu sesepuh tadi.
"Mas dasir, ini tehnya sepet. Yang seperti ini apa, yang kamu maksud?" tanyanya padaku.
Belum sempat aku menjawab, sang sesepuh menjawab duluan,"Ah, ini itu kurang sepet. Masih terlalu manis."
Kasihan benar kau ketua. Dari semalam tak ada yang mendukungmu.
Ckckckck...
Bagaimana dengan kalian Sahabat dalam menikmati teh..
Kemarin malam, sewaktu kami mempersiapkan acara Khitan Masal buat esoknya tanggal 26 September, kami terlibat pembicaraan di luar Khitan Masal. Berawal sewaktu ketua panitia mengambil segelas teh hangat.
Ia masuk ke ruangan.
Sewaktu menikmati teh, ia berujar,"Mas Dasir, nek nginum teh kui, aku senenge sing manis koyo kiye."
"Nek aku senenge sing rodo sepet." ujar seorang panitia perempuan.
"Kalau aku juga begitu, kalau sepet itu tehnya terasa." sambung perempuan satunya lagi.
"Kalau terlalu manis tidak enak, enaknya yang sepet-sepet gitu." tambah panitia yang satunya lagi.
"Aku setuju, kalau minum teh yang sepet dan tidak terlalu manis. Gulanya dikit aja." panitia satunya ikut mengeroyok sang ketua.
Aku yang ditanya sang ketua dan dari tadi mendengarkan celotehan panitia-panitia yang tak sependapat dengan ketua ikut nambahin," Kalau aku malah kadang ga pake gula. Jadi tehnya terasa benar!"
Sorry mas ketua, aku tak mendukungmu.
Hehehe..
Waktu telah menunjukkan lewat dari jam 9 malam. Panitia perempuan yang tadi mengeroyok pulang, sedang kami berempat laki-laki tidur di Madrasah, tempat penyelenggaraan khitan masal esoknya.
Pagi pukul setengah enam, sang ketua dan aku pergi ke rumah sesepuh untuk laporan persiapan kegiatan hari ini. Di rumah sesepuh, pembantu memberikan kami teh hangat. Mungkin karena masih teringat kejadian semalam, Sang ketua langsung mengomentari teh buatan pembantu sesepuh tadi.
"Mas dasir, ini tehnya sepet. Yang seperti ini apa, yang kamu maksud?" tanyanya padaku.
Belum sempat aku menjawab, sang sesepuh menjawab duluan,"Ah, ini itu kurang sepet. Masih terlalu manis."
Kasihan benar kau ketua. Dari semalam tak ada yang mendukungmu.
Ckckckck...
Bagaimana dengan kalian Sahabat dalam menikmati teh..
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Friday, September 25, 2009
Karpet Kelabu
Dalam hatinya bertanya, apakah benar ini rumah Ridlwan? Bukannya dia seorang kepala sekolah?
Bagian teras rumahnya kok kayak ini? Jangankan keramikan, lantai semenpun tidak. Hanya bata berantakan yang ada di teras rumah.
Ia mengetuk pintu.
"Tok..Tok..Tok..assalamu'alaikum..Tok..Tok..Tok..!"
"Wa'alaikum salam!" jawab seorang ibu tua.
"Nopo bener niki daleme Pak Ridlwan?" tanyanya.
"Bener!"
"Pak Ridlwane wonten mboten?" tanyanya kembali.
"Oh wonten, sekedap gih. Kulo timbalke." jawab ibu tadi sambil masuk ke rumah.
Sembari menunggu ia melihat sekeliling. Tak nampak kemewahan di sana-sini. Halaman rumahnya tak ada taman, yang ada kumpulan pohon pisang. Tak ada CRV, yang ada WIN hitam dan Sepeda jengki butut.
"Oh Ihsan, monggo mlebet..!" Pak Ridlwan mempersilakan.
Ia menggelar karpet kelabu di pojok ruang tamu.
"Nek arep diselehke neng omah sijine yo rapopo, tapi ojo nemen-nemeni ra!" celetuk Pak Ihsan.
Itulah sebuah kalimat yang terlempar dari Pak Ihsan ketika ia telah duduk di karpet kelabu ukuran 1,5 x 2 m itu.
Pak Ridlwan langsung terdiam. Ia langsung teringat kisah nyata sahabat Abu Darda' yang ditegur oleh Abu Dzar Al-Ghifari yang bertamu ke rumahnya dan dipersilakan di tikar kumuh. Abu Dzarpun bertanya di manakah perkakas rumah yang lain dengan bahasa arab tentunya.
Abu Darda' menjawab,"Aku meletakkannya di rumah yang satunya."
"Di mana rumahmu yang satunya itu?" tanya Abu Dzar.
"Di Surga." jawab Abu Darda'.
Karena teringat cerita itu Pak Ridlwanpun membalas pernyataan Pak Ihsan.
"Yo ora koyo kuwi. Aku pancen ora duwe meja kursi. Mangkane onone gelaran koyo iki tok, yo dimaklumi."
Bagian teras rumahnya kok kayak ini? Jangankan keramikan, lantai semenpun tidak. Hanya bata berantakan yang ada di teras rumah.
Ia mengetuk pintu.
"Tok..Tok..Tok..assalamu'alaikum..Tok..Tok..Tok..!"
"Wa'alaikum salam!" jawab seorang ibu tua.
"Nopo bener niki daleme Pak Ridlwan?" tanyanya.
"Bener!"
"Pak Ridlwane wonten mboten?" tanyanya kembali.
"Oh wonten, sekedap gih. Kulo timbalke." jawab ibu tadi sambil masuk ke rumah.
Sembari menunggu ia melihat sekeliling. Tak nampak kemewahan di sana-sini. Halaman rumahnya tak ada taman, yang ada kumpulan pohon pisang. Tak ada CRV, yang ada WIN hitam dan Sepeda jengki butut.
"Oh Ihsan, monggo mlebet..!" Pak Ridlwan mempersilakan.
Ia menggelar karpet kelabu di pojok ruang tamu.
"Nek arep diselehke neng omah sijine yo rapopo, tapi ojo nemen-nemeni ra!" celetuk Pak Ihsan.
Itulah sebuah kalimat yang terlempar dari Pak Ihsan ketika ia telah duduk di karpet kelabu ukuran 1,5 x 2 m itu.
Pak Ridlwan langsung terdiam. Ia langsung teringat kisah nyata sahabat Abu Darda' yang ditegur oleh Abu Dzar Al-Ghifari yang bertamu ke rumahnya dan dipersilakan di tikar kumuh. Abu Dzarpun bertanya di manakah perkakas rumah yang lain dengan bahasa arab tentunya.
Abu Darda' menjawab,"Aku meletakkannya di rumah yang satunya."
"Di mana rumahmu yang satunya itu?" tanya Abu Dzar.
"Di Surga." jawab Abu Darda'.
Karena teringat cerita itu Pak Ridlwanpun membalas pernyataan Pak Ihsan.
"Yo ora koyo kuwi. Aku pancen ora duwe meja kursi. Mangkane onone gelaran koyo iki tok, yo dimaklumi."
Label:
Kisah
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Friday, September 18, 2009
Kelewatan
Hari Jumat hari pasaran,
Banyak Ibu-ibu membawa barang belanjaan.
Naik bus jangan ketiduran,
Karena bisa kelewat dari tujuan.
Ada ikan ada cumi,
Ada juga udang rebusan.
Itulah yang dasir alami,
Sewaktu mudik dari Bandung ke Pekalongan.
Beli Hape jangan batangan,
Bisa jadi itu barang curian grup Ungu,
Niatnya turun di Pekalongan,
Malah kelewat hingga Sendangwungu.
Band Ungu menyanyikan soundtrack Film Para Pencari Tuhan,
Sendangwungu jauhnya 1 jam ke Pekalongan.
Mau tidur jangan lupa gosok gigi,
Agar nafas tidak bau naga.
Di Sendang Wungu jam 3 pagi,
Bus yang ke Pekalongan adanya jam lima.
Nasi anget ga mungkin bau,
Kasihan bangeet deh Lu...
Negara di Amerika Tengah namanya Panama,
Payung bahasa Inggrìsnya Umbrella.
Untuk menunggu datangnya jam lima,
Dasir ketik postingan ini di Musholla.
*Hahaha..udah naik bis kelewat, masih bisa aja bikin postìngan..*
Pembantu tak bisa membantah perintah majikan,
Baiknya membantah untuk perintah yang tak masuk akal.
Mau sahur ga nafsu makan,
Cuma makan buah dan air mineral.
Di Nias ada Danau Tuba,
Di Jawa Tengah ada Legenda Roro Jonggrang.
Waktu subuhpun telah tiba,
Dasirpun sholat bareng orang Semarang.
Hidup di dunia tak hanya mengejar harta,
Dan bukan pula mengejar sapi ompong.
Jam 5 dapat bis Jurusan Jakarta,
Yang tak berpenumpang dan kosong.
Seragamnya Liverpool warnanya merah,
Julukan Fansnya adalah Liverpudlian.
Alhamdulilah sampai juga di Rumah,
Setelah di Jemput oleh Mas Ozan.
Banyak Ibu-ibu membawa barang belanjaan.
Naik bus jangan ketiduran,
Karena bisa kelewat dari tujuan.
Ada ikan ada cumi,
Ada juga udang rebusan.
Itulah yang dasir alami,
Sewaktu mudik dari Bandung ke Pekalongan.
Beli Hape jangan batangan,
Bisa jadi itu barang curian grup Ungu,
Niatnya turun di Pekalongan,
Malah kelewat hingga Sendangwungu.
Band Ungu menyanyikan soundtrack Film Para Pencari Tuhan,
Sendangwungu jauhnya 1 jam ke Pekalongan.
Mau tidur jangan lupa gosok gigi,
Agar nafas tidak bau naga.
Di Sendang Wungu jam 3 pagi,
Bus yang ke Pekalongan adanya jam lima.
Nasi anget ga mungkin bau,
Kasihan bangeet deh Lu...
Negara di Amerika Tengah namanya Panama,
Payung bahasa Inggrìsnya Umbrella.
Untuk menunggu datangnya jam lima,
Dasir ketik postingan ini di Musholla.
*Hahaha..udah naik bis kelewat, masih bisa aja bikin postìngan..*
Pembantu tak bisa membantah perintah majikan,
Baiknya membantah untuk perintah yang tak masuk akal.
Mau sahur ga nafsu makan,
Cuma makan buah dan air mineral.
Di Nias ada Danau Tuba,
Di Jawa Tengah ada Legenda Roro Jonggrang.
Waktu subuhpun telah tiba,
Dasirpun sholat bareng orang Semarang.
Hidup di dunia tak hanya mengejar harta,
Dan bukan pula mengejar sapi ompong.
Jam 5 dapat bis Jurusan Jakarta,
Yang tak berpenumpang dan kosong.
Seragamnya Liverpool warnanya merah,
Julukan Fansnya adalah Liverpudlian.
Alhamdulilah sampai juga di Rumah,
Setelah di Jemput oleh Mas Ozan.
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Tuesday, September 08, 2009
Gara-Gara Niat
Yudi pulang kampung bersama istri dan 2 anaknya. Ia mengantar istri dan kedua anaknya pulang lebih awal sekitar dua minggu sebelum lebaran. Karena jika pulang nanti pas lebaran kuatir kena macet.
Sampai di kampung ia disambut keluarganya mulai dari ayah dan ibunya, kakak dan adiknya, keponakannya yang laki-laki dan perempuan serta nenek dan kakeknya.
Khusus neneknya yang telah menginjak 80 tahun ia memeluknya erat. Neneknya datang dari desa sebelah karena ingin melihatnya sebagai cucunya dan Alvin yang merupakan anak kedua Yudi sebagai buyutnya.
Dasir tidak tahu buyut bahasa indonesianya apa ya? Ya udah teruskan. Sejak Alvin lahir memang neneknya belum pernah melihat Alvin. Makanya ia bahagia sekali dapat melihatnya.
Di tengah keharmonisan itu, Yudi bertanya kepada neneknya.
"Nek, puasa tidak?"
"Tidak!" jawab neneknya.
"Kenapa tidak puasa?"
"Soalnya niatnya kepanjangan. Aku tidak hafal. Lha katanya kalau tidak niat puasanya tidak sah. Jadi karena tidak bisa niat, ya tidak puasa." jelas neneknya.
"Nek, niat puasa itu tak harus dilafalkan yang panjang seperti 'Nawaitu shouma ghaadin an adaai dst. Lalu diartikan..' tapi bisa juga cukup ucapkan 'Saya niat puasa wajib ramadhan karena Alloh Ta'ala'. Itu juga sah. Besok puasa ya.." terang Yudi.
"Lha aku sudah tiadak puasa dari awal.."
"Lha daripada tidak sama sekali.."
Sahabat, kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan.
Ulama yang mengajarkan terus menerus niat secara diucapkan. Atau orang awam yang mengikuti terus menerus sehingga menganggap bahwa niat harus diucapkan dan harus pakai bahasa arab pula.
Niat kan tak harus pakai bahasa Arab dan tak harus
tak harus dilafadzkan kan? Cukup di dalam hati insya Alloh juga sah ya tho.
Salam sayang,cinta damai, persahabatan dan persaudaraan.. Tuk sahabat-sahabatku..piss
Sampai di kampung ia disambut keluarganya mulai dari ayah dan ibunya, kakak dan adiknya, keponakannya yang laki-laki dan perempuan serta nenek dan kakeknya.
Khusus neneknya yang telah menginjak 80 tahun ia memeluknya erat. Neneknya datang dari desa sebelah karena ingin melihatnya sebagai cucunya dan Alvin yang merupakan anak kedua Yudi sebagai buyutnya.
Dasir tidak tahu buyut bahasa indonesianya apa ya? Ya udah teruskan. Sejak Alvin lahir memang neneknya belum pernah melihat Alvin. Makanya ia bahagia sekali dapat melihatnya.
Di tengah keharmonisan itu, Yudi bertanya kepada neneknya.
"Nek, puasa tidak?"
"Tidak!" jawab neneknya.
"Kenapa tidak puasa?"
"Soalnya niatnya kepanjangan. Aku tidak hafal. Lha katanya kalau tidak niat puasanya tidak sah. Jadi karena tidak bisa niat, ya tidak puasa." jelas neneknya.
"Nek, niat puasa itu tak harus dilafalkan yang panjang seperti 'Nawaitu shouma ghaadin an adaai dst. Lalu diartikan..' tapi bisa juga cukup ucapkan 'Saya niat puasa wajib ramadhan karena Alloh Ta'ala'. Itu juga sah. Besok puasa ya.." terang Yudi.
"Lha aku sudah tiadak puasa dari awal.."
"Lha daripada tidak sama sekali.."
Sahabat, kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan.
Ulama yang mengajarkan terus menerus niat secara diucapkan. Atau orang awam yang mengikuti terus menerus sehingga menganggap bahwa niat harus diucapkan dan harus pakai bahasa arab pula.
Niat kan tak harus pakai bahasa Arab dan tak harus
tak harus dilafadzkan kan? Cukup di dalam hati insya Alloh juga sah ya tho.
Salam sayang,cinta damai, persahabatan dan persaudaraan.. Tuk sahabat-sahabatku..piss
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Friday, September 04, 2009
Makan Tiga Kali
Seorang pemuda muallaf diminta Ustadznya makan disiang hari. Padahal hari itu bulan puasa. Pemuda tersebut memang baru pulang dari Manado. Ia habis menghadiri pemakaman ayahnya yang non muslim. Karena masih dihitung musafir maka kewajiban puasanya luntur *kayak baju..*
Sebelum disuruh makan, pemuda itu bercerita sambil marah kalau ia tak mendapatkan bagian warisan dari ayahnya. Saudara-saudaranya beralasan ia telah pindah agama dan tak berhaq lagi.
Pemuda itupun ke dapur. Ternyata istri ustadz yang biasa dipanggilnya ibu itu telah menyiapkan makanan, minuman dan buah-buahan. Seusai makan ia kembali menemui ustadz yang selalu ia panggil Abah semenjak ia jadi muallaf. Ia ingin meneruskan ceritanya tentang ketidakadilan saudaranya. Sebelum pemuda itu bercerita panjang, sang Ustadz meminta pemuda untuk makan lagi. Karena merasa telah kenyang ia menolak dengan halus. Namun abahnya memaksanya untuk pergi ke dapur. Ia menurut. Ibunya telah mengambilkan sepiring nasi dengan lauk, segelas susu dan buah. Ia makan dilihat ibunya. Sehingga ia menghabiskan makanan tersebut.
Selesai makan yang kedua ia kembali menemui abahnya. Ternyata ia masih ingin mengadukan ketidakadilan saudaranya tentang pembagian warisan.
Melihat itu, Ustadz menyuruhnya makan lagi di dapur. Ia menolak dengan alasan bahwa ia kekenyangan. Tapi Ustadz tetap memaksanya supaya makan lagi. Ia menolaknya, tapi ustadz tetap mendorongnya ke dapur. Sang Ibu telah menyiapkan seporsi nasi lengkap dengan lauk ayam goreng dan sayur sop. Serta segelas Susu. Ia pun makan sambil berkali-kali memegang mulutnya supaya tidak muntah karena kekenyangan. Beberapa kali kejadian itu berulang. Karena tak sanggup melanjutkan makan ia pun menyerah. Dan memohon kepada Abahnya yang dihormatinya agar tak memaksanya melanjutkan makan lagi.
Mendengar murid sekaligus anak angkatnya menyerah, sang ustadz menjelaskan. Kalau hanya makan segitu saja sudah menyerah, kenapa engkau masih berkeras hati ingin mendapatkan jatah warisan?
Mendengar itu, pemuda itupun mengerti apa maksud abahnya yang memintanya makan sampai 3x dalam waktu berdekatan.
Sebelum disuruh makan, pemuda itu bercerita sambil marah kalau ia tak mendapatkan bagian warisan dari ayahnya. Saudara-saudaranya beralasan ia telah pindah agama dan tak berhaq lagi.
Pemuda itupun ke dapur. Ternyata istri ustadz yang biasa dipanggilnya ibu itu telah menyiapkan makanan, minuman dan buah-buahan. Seusai makan ia kembali menemui ustadz yang selalu ia panggil Abah semenjak ia jadi muallaf. Ia ingin meneruskan ceritanya tentang ketidakadilan saudaranya. Sebelum pemuda itu bercerita panjang, sang Ustadz meminta pemuda untuk makan lagi. Karena merasa telah kenyang ia menolak dengan halus. Namun abahnya memaksanya untuk pergi ke dapur. Ia menurut. Ibunya telah mengambilkan sepiring nasi dengan lauk, segelas susu dan buah. Ia makan dilihat ibunya. Sehingga ia menghabiskan makanan tersebut.
Selesai makan yang kedua ia kembali menemui abahnya. Ternyata ia masih ingin mengadukan ketidakadilan saudaranya tentang pembagian warisan.
Melihat itu, Ustadz menyuruhnya makan lagi di dapur. Ia menolak dengan alasan bahwa ia kekenyangan. Tapi Ustadz tetap memaksanya supaya makan lagi. Ia menolaknya, tapi ustadz tetap mendorongnya ke dapur. Sang Ibu telah menyiapkan seporsi nasi lengkap dengan lauk ayam goreng dan sayur sop. Serta segelas Susu. Ia pun makan sambil berkali-kali memegang mulutnya supaya tidak muntah karena kekenyangan. Beberapa kali kejadian itu berulang. Karena tak sanggup melanjutkan makan ia pun menyerah. Dan memohon kepada Abahnya yang dihormatinya agar tak memaksanya melanjutkan makan lagi.
Mendengar murid sekaligus anak angkatnya menyerah, sang ustadz menjelaskan. Kalau hanya makan segitu saja sudah menyerah, kenapa engkau masih berkeras hati ingin mendapatkan jatah warisan?
Mendengar itu, pemuda itupun mengerti apa maksud abahnya yang memintanya makan sampai 3x dalam waktu berdekatan.
Label:
Islam,
kiat,
Kisah,
pengetahuan
Berharap ada yang istimewa pada diriku, namun apa yang harus aku ungkapkan?
Subscribe to:
Posts (Atom)