Sahabatku yang luar biasa..ijinkan aku untuk memposting kisah terbaruku....
Sudah 13 hari semenjak ia terakhir kali menghubungiku. Jangankan menelepon, SMS untuk menanyakan kabarpun ia tak sempat. Pukul 19.00 wib kucoba merangkai huurf demi huruf di keypad handpone J200i yang mulai terhapus. Kucoba mengSMSnya walaupun hanya sekedar basa-basi.
“Assalamu’alaikum wr.wb. 13 hari lamanya njenengan tak terdengar kabarnya. Memang seandainya kita menantikan sesuatu, waktu terasa begitu lambat. Af1 kalau SMS ku ini mengganggu njenengan. Pripun kabare njenengan? Sudah maem belum?”
Begitulah rangkaian huruf alphabet yang kutulis dan kukirim ke kekasihku. Beberapa saaat kemudian HPku bergetar. Kukira ia telah membalas SMSku. Namun harapan tinggal harapan, ternyata hanya laporan kalau SMS yang kukirim telah terkirim kepadanya. Semenit aku menunggu. Menit demi menitpun telah berubah menjadi satu jam. Namun HP ku hanya diam tak bergetar serta tak bergerak. Ia tetap duduk manis di atas bantal di samping aku yang tiduran sambil menunggu balasan dari seberang. Jam dinding terus berputar hingga jarum panjangnya menunjukkan waktu pukul 23.00 atau sebelas malam.
Mungkinkah ia marah padaku sehingga tak membalas SMS dariku? Ataukah Hpnya tertinggal di rumah sewaktu berangkat lembur kerja? Tetapi ia kan jarang lembur kalau malam senin. Atau ia telah tertidur? Tapi kan sms kukirim pukul 7 malam. Yang dapat dikategorikan masih sore.
Perlahan namun pasti kelopak mataku menutup seiring doa mau tidur yang telah usai kulantunkan. Jam satu aku terbangun, sambil tergagap aku meraih Hpku. Kuperhatikan layarnya. Sepi... tak terlihat tanda-tanda adanya sms yang masuk. Hanya ikon Indosat IM3 yang terlihat. Kupejamkan kembali mataku. Andaikan dari seberang tak ada kata-kata berupa sms yang terkirim, kuharapkan dalam mimpiku aku bisa bercakap-cakap dengannya.
”Astaghfirullahal Adhiim.......!”
Kutata dan kumanage hatiku yang mulai meninggalkan cangkangnya. Lelap dan lelap.
Nikmat Alloh swt yang manakah yang kau dustakan?
Tidur nyenyak merupakan karunia dari Ilahi yang tidak semua orang mendapatkannya.
”Kukuruyuuuuuukkkk.......!!!!”
Kokok ayam jago memecah keheningan malam. Buru-buru aku ke toilet, karena aku tak sanggup menahan air sisa saringan ginjal yang hari ini begitu lancar.
”Allahumma inni a’uudzubika minal khubutsi wal khobaaits.” doa sebelum masuk toilet kuucapkan.
Mungkin karena sedang musim penghujan sehingga kotoran jenis ini yang biasanya keluar juga lewat keringat kini tumpah ruah ke satu titik yaitu air kencingku.
Kusiram air kencing/seni tadi supaya tak menimbulkan aroma yang tak sedap.
”Alhamdulillahilladzii adzhaba ’annil adza wa ’aa faanii.” tak lupa kubaca doa sehabis dari toilet sebagaimana yang diajarkan Rasulullah sholallahu ’alaihi wa sallam. Aku berwudlu untuk sholat tahajjud.
Dengan khusyu’ aku mendirikan amalan sunnah tambahan yang mampu menghadirkan karunia Alloh ’Azza wa Jalla berlipat-lipat. Aku menangisi dosa-dosaku, kuadukan segala keluh dan kesahku kepadaNya. Termasuk hal kecil masalah kekasihku yang tak membalas smsku dari tadi sore. Disaat itu seolah-olah Alloh SWT begitu dekat padaku. Ia menyiramku dengan air embun dan salju, akupun sejuk dan damai dimalam yang sunyi itu.
Dalam keadaan seperti itu, aku merasa Alloh mengatakan padaku,”Tenanglah dan bersabarlah wahai hambaku, andaikan ia tak membalas smsmu hari ini, ia pasti akan membalasnya nanti. Karena ia sedang mengatur segumpal daging merah di tubuhnya agar ketika ia membalas sms-mu yang ia katakan bukanlah nafsunya tapi sebuah nasihat dan perkataan penuh hikmah dan ibrah. Karena memang ia hamba yang mampu menjaga hati dan pandangannya dari hal-hal yang Aku tal perkenankan baginya untuk melakukannya.”
Dari sudut mataku terasa basah oleh air mata rasa tundukku pada Alloh yang aku rasakan begitu besarnya rahmat yang ia turunkan padaku malam ini.
”Alloohu Akbar....Alloohu Akbar.....Allohu Akbar...Alloohu Akbar.......”
Pak Rafli telah mengumandangkan adzan subuh dari Masjid Al-Muttaqin. Kubangkit dari sajadahku untuk menuju ke masjid guna mendirika sholat subuh berjamaah. Tak banyak jamaah yang hadir. Karena memang waktu subuh masih agak malam untuku bulan Januari ini atau memang mereka lebih memilih tidur daripada solat. Hanya sebaris jamaah pria dan setengah baris jamaah wanita. Padahal telatnya seorang hamba sholat subuh merupakan salah satu sifat kemunafikan yang harus dibuang jauh-jauh.
Sehabis sholat subuh aku berdzikir sebentar lalu pulang ke rumah yang lumayan dekat dengan masjid. Sesampai di rumah aku langsung membuka HandPhone. Entah dorongan setan apa yang membuatku ingin bergegas mengetahui apakah ia telah membalas smsku atau belum? Namun lagi-lagi yang ada hanyalah ikon Indosat dengan IM3-nya.
Aku agak kecewa, kulempar Hpku ke sofa sambil mengeluarkan kata-kata yang agak keras,”Sebenarnya ia masih mencintaiku atau tidak sih? Sudah tak pernah kasih kabar dan juga tak pernah menanyakan kabarku, kini sudah kupancing, masih saja ia diam seribu satu bahasa! Paling berapa sih biaya untuk sms, wong cuman Rp 350,-. Jika aku yang tak bekerja saja mau sms, masa ia yang sudah bekerja, malas banget untuk sms. Pelit banget sih!! Hari ini hari senin, banyak sms dan telepon yang masuk silih berganti. Tapi semuanya tak ada yang mampu untuk membuatku bersemangat menjalani hari ini. Karena yang ku tunggu-tunggu tak muncul juga.”
Pagi. Siang. Sore. Hingga semburat jingga di petala langit di ufuk barat sana telah lenyap namun ia tak menghubungiku juga.
Bersambung esok hari..insya Alloh jika masih ada umur dan kesempatan..
Sudah 13 hari semenjak ia terakhir kali menghubungiku. Jangankan menelepon, SMS untuk menanyakan kabarpun ia tak sempat. Pukul 19.00 wib kucoba merangkai huurf demi huruf di keypad handpone J200i yang mulai terhapus. Kucoba mengSMSnya walaupun hanya sekedar basa-basi.
“Assalamu’alaikum wr.wb. 13 hari lamanya njenengan tak terdengar kabarnya. Memang seandainya kita menantikan sesuatu, waktu terasa begitu lambat. Af1 kalau SMS ku ini mengganggu njenengan. Pripun kabare njenengan? Sudah maem belum?”
Begitulah rangkaian huruf alphabet yang kutulis dan kukirim ke kekasihku. Beberapa saaat kemudian HPku bergetar. Kukira ia telah membalas SMSku. Namun harapan tinggal harapan, ternyata hanya laporan kalau SMS yang kukirim telah terkirim kepadanya. Semenit aku menunggu. Menit demi menitpun telah berubah menjadi satu jam. Namun HP ku hanya diam tak bergetar serta tak bergerak. Ia tetap duduk manis di atas bantal di samping aku yang tiduran sambil menunggu balasan dari seberang. Jam dinding terus berputar hingga jarum panjangnya menunjukkan waktu pukul 23.00 atau sebelas malam.
Mungkinkah ia marah padaku sehingga tak membalas SMS dariku? Ataukah Hpnya tertinggal di rumah sewaktu berangkat lembur kerja? Tetapi ia kan jarang lembur kalau malam senin. Atau ia telah tertidur? Tapi kan sms kukirim pukul 7 malam. Yang dapat dikategorikan masih sore.
Perlahan namun pasti kelopak mataku menutup seiring doa mau tidur yang telah usai kulantunkan. Jam satu aku terbangun, sambil tergagap aku meraih Hpku. Kuperhatikan layarnya. Sepi... tak terlihat tanda-tanda adanya sms yang masuk. Hanya ikon Indosat IM3 yang terlihat. Kupejamkan kembali mataku. Andaikan dari seberang tak ada kata-kata berupa sms yang terkirim, kuharapkan dalam mimpiku aku bisa bercakap-cakap dengannya.
”Astaghfirullahal Adhiim.......!”
Kutata dan kumanage hatiku yang mulai meninggalkan cangkangnya. Lelap dan lelap.
Nikmat Alloh swt yang manakah yang kau dustakan?
Tidur nyenyak merupakan karunia dari Ilahi yang tidak semua orang mendapatkannya.
”Kukuruyuuuuuukkkk.......!!!!”
Kokok ayam jago memecah keheningan malam. Buru-buru aku ke toilet, karena aku tak sanggup menahan air sisa saringan ginjal yang hari ini begitu lancar.
”Allahumma inni a’uudzubika minal khubutsi wal khobaaits.” doa sebelum masuk toilet kuucapkan.
Mungkin karena sedang musim penghujan sehingga kotoran jenis ini yang biasanya keluar juga lewat keringat kini tumpah ruah ke satu titik yaitu air kencingku.
Kusiram air kencing/seni tadi supaya tak menimbulkan aroma yang tak sedap.
”Alhamdulillahilladzii adzhaba ’annil adza wa ’aa faanii.” tak lupa kubaca doa sehabis dari toilet sebagaimana yang diajarkan Rasulullah sholallahu ’alaihi wa sallam. Aku berwudlu untuk sholat tahajjud.
Dengan khusyu’ aku mendirikan amalan sunnah tambahan yang mampu menghadirkan karunia Alloh ’Azza wa Jalla berlipat-lipat. Aku menangisi dosa-dosaku, kuadukan segala keluh dan kesahku kepadaNya. Termasuk hal kecil masalah kekasihku yang tak membalas smsku dari tadi sore. Disaat itu seolah-olah Alloh SWT begitu dekat padaku. Ia menyiramku dengan air embun dan salju, akupun sejuk dan damai dimalam yang sunyi itu.
Dalam keadaan seperti itu, aku merasa Alloh mengatakan padaku,”Tenanglah dan bersabarlah wahai hambaku, andaikan ia tak membalas smsmu hari ini, ia pasti akan membalasnya nanti. Karena ia sedang mengatur segumpal daging merah di tubuhnya agar ketika ia membalas sms-mu yang ia katakan bukanlah nafsunya tapi sebuah nasihat dan perkataan penuh hikmah dan ibrah. Karena memang ia hamba yang mampu menjaga hati dan pandangannya dari hal-hal yang Aku tal perkenankan baginya untuk melakukannya.”
Dari sudut mataku terasa basah oleh air mata rasa tundukku pada Alloh yang aku rasakan begitu besarnya rahmat yang ia turunkan padaku malam ini.
”Alloohu Akbar....Alloohu Akbar.....Allohu Akbar...Alloohu Akbar.......”
Pak Rafli telah mengumandangkan adzan subuh dari Masjid Al-Muttaqin. Kubangkit dari sajadahku untuk menuju ke masjid guna mendirika sholat subuh berjamaah. Tak banyak jamaah yang hadir. Karena memang waktu subuh masih agak malam untuku bulan Januari ini atau memang mereka lebih memilih tidur daripada solat. Hanya sebaris jamaah pria dan setengah baris jamaah wanita. Padahal telatnya seorang hamba sholat subuh merupakan salah satu sifat kemunafikan yang harus dibuang jauh-jauh.
Sehabis sholat subuh aku berdzikir sebentar lalu pulang ke rumah yang lumayan dekat dengan masjid. Sesampai di rumah aku langsung membuka HandPhone. Entah dorongan setan apa yang membuatku ingin bergegas mengetahui apakah ia telah membalas smsku atau belum? Namun lagi-lagi yang ada hanyalah ikon Indosat dengan IM3-nya.
Aku agak kecewa, kulempar Hpku ke sofa sambil mengeluarkan kata-kata yang agak keras,”Sebenarnya ia masih mencintaiku atau tidak sih? Sudah tak pernah kasih kabar dan juga tak pernah menanyakan kabarku, kini sudah kupancing, masih saja ia diam seribu satu bahasa! Paling berapa sih biaya untuk sms, wong cuman Rp 350,-. Jika aku yang tak bekerja saja mau sms, masa ia yang sudah bekerja, malas banget untuk sms. Pelit banget sih!! Hari ini hari senin, banyak sms dan telepon yang masuk silih berganti. Tapi semuanya tak ada yang mampu untuk membuatku bersemangat menjalani hari ini. Karena yang ku tunggu-tunggu tak muncul juga.”
Pagi. Siang. Sore. Hingga semburat jingga di petala langit di ufuk barat sana telah lenyap namun ia tak menghubungiku juga.
Bersambung esok hari..insya Alloh jika masih ada umur dan kesempatan..