Wednesday, August 05, 2009

SMS Itu....

Sahabatku yang insya Alloh di rohmati Alloh selalu...aku hadirkan sambungan cerita kemarin yang berjudul SMS Itu....Langsung saja ya...
Bagi yang ketinggalan, bisa baca arsip kemarin...

Maghrib telah berlalu. Sambil menunggu sesuatu yang tak tentu kapan datangnya, lebih baik aku makan malam dulu. Biarpun rasanya tak enak, namun harus kupaksakan. Karena tadi pagi hanya sedikit makanan yang masuk ke lambungku. Siangnya juga begitu. Ayam goreng dengan sambal terasi dan lalapan timun bagaikan makanan basi di mulutku. Tak ada rasa sama sekali. Entah asin, pedas, ataupun asam. Bahkan pahitpun berubah menjadi hambar.

Inikah rindu pada orang yang kukasihi dan kucintai

Padahal ia tak romantis, kalau cantik ya lumayan. Kalau baik, hanya sedikit. Ia jarang pulang kampung. Kalaupun pulang ia hanya sabentar menjengukku. Tak ada dalam hitungan jam. Bahkan untuk berlibur beersama ke perkebunan teh Pagilaranpun di daerah Batang tak dikabulkannya.

Ia orang yang mempunyai prinsip. Agama adalah segalanya baginya. Selama aku berpacaran dengannya 2 tahun, tak pernah aku bergandengan dengannya. Kami pergi berdua hanya 2 kali selama pacaran. Sekali ke Pasaraya Sri Ratu di Pekalongan dan sekali waktu ku diajaknya belanja kue untuk kakaknya di toko roti Purimas 3 di Jalan Raya Pekalongan-Pemalang. Itupun tanpa bergandengan. Perlu teman-teman ketahui, jangankan bergandengan tangan, salamanpun atau berjabat tanganpun kami tak pernah. Ia betul-betul menjaga kehormatannya. Semakin ia menghindar seperti itu, semakin aku mencintainya. *So sweet...suit..suiiit* Mulai deh ceritainnya rada kacau.*

Namun kadang pula ia mengungkapkan cintanya penuh romantis dengan puisi atau hadiah. Tapi bisa dihitung berapa kali ia melakukannya. Sebab sekali lagi ia berusaha menjaga hatinya dan perasaannya yang tunduk dan patuh pada sang Maha Pemberi Cinta. Dulu ia pernah melukaiku dengan berbohong kalau ia sedang jatuh hati pada seorang ikhwan. Tetapi lalu ia meminta maaf dengan mengungkapkan alasannnya berbohong. Katanya ia sedang konsentrasi untuk menghafal Alqur’an.

Disaat itulah aku semakin mencintainya, rasa cintaku kepadanya semakin mendalam. Sedalam samudera hindia, setinggi gunung himalaya dan seluas jagat raya.*Glubraaak...Gombal banget kang!*

”Teleleng...teleleng...”
”Teleleng...teleleng...”
”Teleleng...teleleng...”

Nada pesan sms hapeku berbunyi. Pukul 21.50 wib kulihat jarum jam menunjukkan. Aku berlari dari ruang tamu di mana aku sedang belajar menuju kamarku. Sampai-sampai lututku menubruk pojok meja hingga aku terjatuh.
”Aduuh...! Inna lillah...!” kata-kata itu muncul secara spontan dari mulutku.
”Wah..5 sms, dari siapa aja nih?” tanyakudalam hati.
”Ummi Masyitoh, alhamdulilah, terima kasih ya Alloh, ternyata Engkau mengabulkan doaku. Benar ya Allah dia membalas sms dariku meskipun terlambat satu hari lebih 2 jam 50 menit.” syukurku pada Maha Pemberi Cinta.

Kubuka layar hapeku dengan penu semangat. Tiba-tiba.......
”Yaa..mati lagi, batere hpku ngedrop lagi! Disaat bagini malah mati..!” kesalku.
”Dasar hape murahan!” gerutuku bertambah.
”Dik dina, tolong ambilkan charger hpku di atas televisi di ruang timur.!” pintaku pada adikku.
”Sebentar Kak!” teriaknya.
”Cepetan! lama banget sih..” teriakku.
”Iya..iya.., nih! Emang kenapa sih kok buru-buru begitu?” tanyanya.
”Rahasia!”
”Hayoo, dapat sms dari kak Ummi ya. Makanya beli donk hape yang baru biar tidak terus begini.” godanya.
”Ah, kamu apa-apaan sih. Sana-sana, terima kasih ya!”
”Iya..iya.. Hallo sayang kamu sedang apa?” dina menggodaku terus. Wajahku jadi merah.
”Udah cepetan pergi sana, sekali lagi terima kasih. Eh..eh..eh..”
”Ada apa lagi?” dina membalikan badannya yang sudah terlanjur jalan meniggalkan kamarku.
”Tolong tutup pintu kamarku!”
”Huuh, sudah dibantu, lalu ngusir, masih nyuruh lagi!” omel dina.
”eit..eit, ndak ikhlas ceritanya nih?”
”Ikhlas..ikhlas...!”

Dan bunyi sms itu adalah begini:
”Kau pasti kecewa ketika aku tak mengSMSmu walaupun hanya sekecil inti atom yang senang terbang ke mana ia suka ataupun mengikuti aliran listrik yang menyetrum orang gila yang menyentuh stop kontak karena tak pernah dikasih tahu bahayanya oleh ibunya, karena memang ibunya sendiri juga sama-sama gila.
Tapi tak mengapa, antum memang pantas untuk kecewa. Bahkan ketika aku dismspun aku tak segera menggerakkan jempolku yang besar melebihi huruf abjad di keypad untuk mengetik dan merangkai untaian kata penuh roman dan sajak penuh cinta kepada antum.
Karena memang semua terjadi secara terencana untuk membuktikan rasa cinta hamba kepada Sang Maha Pencinta. Dengan tetap menjaga hati untuk terus fokus dan taat pada apa yang dititahkannya melalui lisan utusannya yang mulia Rasulullah Muhammad Shollallahu ’Alaihi Wassalam. Sehingga sampai kepada hamba. Afwan tuk semua karena aku tak bisa terus mengabarkan dan menanyakan berita dari dan untuk Kakanda. Aku takut ketidakhalalan membuat kita terus bergelut dengan perasaan dan khayalan yang kalut jika dilanda rasa rindu yang carut marut sehingga membuat kita jadi cemberut seperti burung perkutut yang kena kentut bapak botak yang gendut. Terima kasih.Wassalamu’alaikum wr.wb.”

Dan kuketik balasan sms itu:
”Assalamu’alaikumwr.wb. Kalau aku boleh mengatakan isi hatiku sejujurnya akku memang kecewa. Karena panjenengan tidak mengsmsku dan tidak segera membalas sms dariku. Tapi dengan alasan tadi aku jadi paham dan antum mamang benar. Selama kita belum halal, aku akan berusaha menjaga hatiku dan perasaanku. Sekali afwan ya ukhti, dan Mohon doanya ya Ukhti semoga kakak saya bisa menikah tahun ini sehingga saya bisa meminang antum segera. Terima kasih. Jazakumullahu Khairan Katsiroo. Wassalamu’alaikum wr.wb.”

Sahabatku, sekian dulu kisah tak bermutu dari wong ntunjung. Semoga bisa diambil manfaatnya kalau ada. Kalau tidak ada ya...Salam sayang dan hangat saja dari dasir dan wong ntunjung....

Tuesday, August 04, 2009

SMS itu....

Sahabatku yang luar biasa..ijinkan aku untuk memposting kisah terbaruku....

Sudah 13 hari semenjak ia terakhir kali menghubungiku. Jangankan menelepon, SMS untuk menanyakan kabarpun ia tak sempat. Pukul 19.00 wib kucoba merangkai huurf demi huruf di keypad handpone J200i yang mulai terhapus. Kucoba mengSMSnya walaupun hanya sekedar basa-basi.

“Assalamu’alaikum wr.wb. 13 hari lamanya njenengan tak terdengar kabarnya. Memang seandainya kita menantikan sesuatu, waktu terasa begitu lambat. Af1 kalau SMS ku ini mengganggu njenengan. Pripun kabare njenengan? Sudah maem belum?”


Begitulah rangkaian huruf alphabet yang kutulis dan kukirim ke kekasihku. Beberapa saaat kemudian HPku bergetar. Kukira ia telah membalas SMSku. Namun harapan tinggal harapan, ternyata hanya laporan kalau SMS yang kukirim telah terkirim kepadanya. Semenit aku menunggu. Menit demi menitpun telah berubah menjadi satu jam. Namun HP ku hanya diam tak bergetar serta tak bergerak. Ia tetap duduk manis di atas bantal di samping aku yang tiduran sambil menunggu balasan dari seberang. Jam dinding terus berputar hingga jarum panjangnya menunjukkan waktu pukul 23.00 atau sebelas malam.


Mungkinkah ia marah padaku sehingga tak membalas SMS dariku? Ataukah Hpnya tertinggal di rumah sewaktu berangkat lembur kerja? Tetapi ia kan jarang lembur kalau malam senin. Atau ia telah tertidur? Tapi kan sms kukirim pukul 7 malam. Yang dapat dikategorikan masih sore.

Perlahan namun pasti kelopak mataku menutup seiring doa mau tidur yang telah usai kulantunkan. Jam satu aku terbangun, sambil tergagap aku meraih Hpku. Kuperhatikan layarnya. Sepi... tak terlihat tanda-tanda adanya sms yang masuk. Hanya ikon Indosat IM3 yang terlihat. Kupejamkan kembali mataku. Andaikan dari seberang tak ada kata-kata berupa sms yang terkirim, kuharapkan dalam mimpiku aku bisa bercakap-cakap dengannya.

”Astaghfirullahal Adhiim.......!”

Kutata dan kumanage hatiku yang mulai meninggalkan cangkangnya. Lelap dan lelap.
Nikmat Alloh swt yang manakah yang kau dustakan?
Tidur nyenyak merupakan karunia dari Ilahi yang tidak semua orang mendapatkannya.
”Kukuruyuuuuuukkkk.......!!!!”
Kokok ayam jago memecah keheningan malam. Buru-buru aku ke toilet, karena aku tak sanggup menahan air sisa saringan ginjal yang hari ini begitu lancar.
”Allahumma inni a’uudzubika minal khubutsi wal khobaaits.” doa sebelum masuk toilet kuucapkan.

Mungkin karena sedang musim penghujan sehingga kotoran jenis ini yang biasanya keluar juga lewat keringat kini tumpah ruah ke satu titik yaitu air kencingku.
Kusiram air kencing/seni tadi supaya tak menimbulkan aroma yang tak sedap.
”Alhamdulillahilladzii adzhaba ’annil adza wa ’aa faanii.” tak lupa kubaca doa sehabis dari toilet sebagaimana yang diajarkan Rasulullah sholallahu ’alaihi wa sallam. Aku berwudlu untuk sholat tahajjud.

Dengan khusyu’ aku mendirikan amalan sunnah tambahan yang mampu menghadirkan karunia Alloh ’Azza wa Jalla berlipat-lipat. Aku menangisi dosa-dosaku, kuadukan segala keluh dan kesahku kepadaNya. Termasuk hal kecil masalah kekasihku yang tak membalas smsku dari tadi sore. Disaat itu seolah-olah Alloh SWT begitu dekat padaku. Ia menyiramku dengan air embun dan salju, akupun sejuk dan damai dimalam yang sunyi itu.

Dalam keadaan seperti itu, aku merasa Alloh mengatakan padaku,Tenanglah dan bersabarlah wahai hambaku, andaikan ia tak membalas smsmu hari ini, ia pasti akan membalasnya nanti. Karena ia sedang mengatur segumpal daging merah di tubuhnya agar ketika ia membalas sms-mu yang ia katakan bukanlah nafsunya tapi sebuah nasihat dan perkataan penuh hikmah dan ibrah. Karena memang ia hamba yang mampu menjaga hati dan pandangannya dari hal-hal yang Aku tal perkenankan baginya untuk melakukannya.”

Dari sudut mataku terasa basah oleh air mata rasa tundukku pada Alloh yang aku rasakan begitu besarnya rahmat yang ia turunkan padaku malam ini.
”Alloohu Akbar....Alloohu Akbar.....Allohu Akbar...Alloohu Akbar.......”
Pak Rafli telah mengumandangkan adzan subuh dari Masjid Al-Muttaqin. Kubangkit dari sajadahku untuk menuju ke masjid guna mendirika sholat subuh berjamaah. Tak banyak jamaah yang hadir. Karena memang waktu subuh masih agak malam untuku bulan Januari ini atau memang mereka lebih memilih tidur daripada solat. Hanya sebaris jamaah pria dan setengah baris jamaah wanita. Padahal telatnya seorang hamba sholat subuh merupakan salah satu sifat kemunafikan yang harus dibuang jauh-jauh.

Sehabis sholat subuh aku berdzikir sebentar lalu pulang ke rumah yang lumayan dekat dengan masjid. Sesampai di rumah aku langsung membuka HandPhone. Entah dorongan setan apa yang membuatku ingin bergegas mengetahui apakah ia telah membalas smsku atau belum? Namun lagi-lagi yang ada hanyalah ikon Indosat dengan IM3-nya.

Aku agak kecewa, kulempar Hpku ke sofa sambil mengeluarkan kata-kata yang agak keras,”Sebenarnya ia masih mencintaiku atau tidak sih? Sudah tak pernah kasih kabar dan juga tak pernah menanyakan kabarku, kini sudah kupancing, masih saja ia diam seribu satu bahasa! Paling berapa sih biaya untuk sms, wong cuman Rp 350,-. Jika aku yang tak bekerja saja mau sms, masa ia yang sudah bekerja, malas banget untuk sms. Pelit banget sih!! Hari ini hari senin, banyak sms dan telepon yang masuk silih berganti. Tapi semuanya tak ada yang mampu untuk membuatku bersemangat menjalani hari ini. Karena yang ku tunggu-tunggu tak muncul juga.”

Pagi. Siang. Sore. Hingga semburat jingga di petala langit di ufuk barat sana telah lenyap namun ia tak menghubungiku juga.

Bersambung esok hari..insya Alloh jika masih ada umur dan kesempatan..

Monday, August 03, 2009

Sahabat! Kusebut namamu dalam Doaku

Sahabatku yang kusayangi...
Aku bukanlah seorang cerpenis jadi maafkan aku lagi karena membuatmu menunggu ceritaku yang lain...Label-label yang kubuat juga mengadu kepadaku. Mereka ingin aku menyiraminya. Salah satunya Label Islam.
Aku bukanlah seorang ustadz jadi jika ada kesalahan itu datangnya dari saya pribadi..Langsung saja...

Diantara keutamaan-keutamaan iman, yang itu merupakan buah dari keimanan seorang muslim dan akan nampak pada segi amalan lahiriyah-nya adalah mereka sangat bersemangat untuk bisa memberikan kemanfaatan kepada saudaranya sesama muslim, baik itu berbentuk pengajaran ilmu yang bermanfaat atau bantuan yang berupa materi atau paling minimal ia akan mendoakan kebaikan padanya.


“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Wahai Rabb Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)

Begitulah ikatan persahabatan yang begitu kuat antara Muhajirin dan Anshor sehingga mereka menyebutnya SAUDARA bukan shahabat lagi..
“Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri (dari segala hal yang baik).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka jika engkau mendoakan bagi saudaramu suatu kebaikan apapun tanpa sepengetahuannya bahwa engkau telah mendoakannya dan juga tanpa adanya wasiat dari dirinya untuk minta didoakan dengan sesuatu, maka hal itu merupakan suatu petunjuk akan kecintaanmu yang jujur kepada saudaramu tersebut. Ini juga berarti bahwa engkau benar-benar menginginkan suatu kebaikan ada pada diri saudaramu sebagaimana engkau menginginkan kebaikan itu ada pada dirimu sendiri.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits dari shahabiyah Ummud Darda`:
“Doa seorang muslim kepada saudaranya secara rahasia dan tidak hadir di hadapannya adalah sangat dikabulkan. Di sisinya ada seorang malaikat yang ditunjuk oleh Allah. Setiap kali ia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut berkata (kepadanya): “Ya Allah, kabulkanlah, dan (semoga) bagimu juga (mendapatkan balasan) yang semisalnya.” (HR. Muslim)

Kisah selengkapnya dari hadits diatas adalah sebagai berikut: Seorang laki-laki datang ke negeri Syam, kemudian ia ingin bertemu dengan Abud Darda` Radhiallahu ‘anhu di rumahnya namun beliau tidak ada dan hanya mendapati Ummud Darda`. Ummud Darda` berkata, “Apakah kamu ingin pergi haji tahun ini?” Orang tersebut menjawab, “Ya.” Ummud Darda` mengatakan, “Doakanlah kami dengan kebaikan. Karena sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,” kemudian Ummud Darda` menyebutkan hadits diatas.


Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menyebut syarat-syarat dikabulkannya doa, yaitu:


Pertama: Ikhlash karena Allah Subhanahu wa Ta’ala

Hendaknya seseorang yang berdoa mengikhlashkan di dalam doanya menengadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hati yang khusyu’, bersandar hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena ia tahu bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mampu mengabulkan doanya, dan berharap penuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk terkabulnya doa tersebut.


Kedua: Merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Ketika berdoa merasa dalam kondisi sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sesungguhnya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mengabulkan doa orang yang dalam kesulitan serta bisa menghilangkan musibah/kesusahan yang menimpanya.

Adapun orang yang berdoa dalam keadaan merasa tidak butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi ia berdoa sebagai kebiasaan saja, maka yang demikian tidak pantas untuk dikabulkan doanya.

Ketiga: Meninggalkan makanan yang haram

Hendaknya ia meninggalkan makan dari makanan yang haram, karena makan dari makanan yang haram akan menjadi penghalang dikabulkannya doa seseorang. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shohih dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } وَقَالَ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah baik dan Ia tidaklah menerima kecuali yang baik. Dan sungguh Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman (kaum mukminin) dengan apa-apa yang Ia perintahkan kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai para rasul, makanlah dari sesuatu yang baik dan beramallah dengan amalan sholih.’ Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari sesuatu yang baik apa-apa yang telah kami rizkikan kepada kalian.’ Kemudian beliau menyebutkan, ada seorang laki-laki yang sedang berpergian jauh dalam keadaan rambutnya kusut masai dan berdebu, kemudian menengadahkan kedua tangannya ke atas (ke arah langit) dan berkata: ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku!’ sementara makanannya adalah haram, minumannya adalah haram, pakaiannya adalah haram, dan ia diberi makan dari hasil yang haram. Maka, bagaimana bisa dikabulkan doanya?” (HR. Muslim)

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menganggap jauh akan terkabulnya doa orang tersebut. Padahal orang tersebut telah melakukan sebab-sebab zhahir (tampak) terkabulnya doa seperti:

1. Mengangkat telapak tangan ke arah langit (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), karena Allah Subhanahu wa Ta’ala ada di atas ‘Arsy.


2. Menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala “Ar Rabb” (الرَّبُّ). Ber-tawassul kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama ini adalah salah satu sebab terkabulnya doa sebagaimana doa-doa dalam Al-Qur`an banyak dimulai dengan kata “Rabb”, seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ البقرة: ٢٠١

“Dan diantara mereka ada yang mengatakan (berdoa), “Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari adzab An Nar (neraka).” (Al-Baqarah: 201)

Begitu pula dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41) إبراهيم: ٤٠ -٤١

“Wahai Rabbku, jadikanlah aku orang yang mendirikan sholat dan anak keturunanku! Wahai Rabbku, kabulkanlah doaku! Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan kaum muslimin pada hari ditegakkannya Al-Hisab (Hari Perhitungan).” (Ibrohim: 40-41)

3. Berdoa dalam keadaan safar, dan safar adalah salah satu sebab terkabulnya doa.

Akan tetapi doa orang tersebut tidak dikabulkan karena makanannya haram, pakaiannya haram, dan mendapatkan makanan dari hasil perkara yang haram.

Kemudian yang penting untuk diketahui juga ketika seorang hamba berdoa untuk tidak terburu-buru akan terkabulnya doanya, karena terburu-buru adalah salah satu sebab penghalang terkabulnya doa. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:
يُسْتَجَابُ ِلأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ قِيلَ وَكَيْفَ يَعْجَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ اللَّهَ فَلَمْ يَسْتَجِبْ اللَّهُ لِي

“Dikabulkan bagi salah seorang diantara kalian (ketika berdoa) selagi tidak terburu-buru.” Para shahabat bertanya: “Bagaimana terburu-burunya (seseorang ketika berdoa), wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ia berkata, “Saya telah berdoa akan tetapi Allah tidak mengabulkan untukku.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Saudaraku...yang super,,hanya itu yang bisa wong ntunjung sampaikan. Jujur dasir tidak ngetik sendiri..Cuman copas dari web darussalaf dan ditambahin pendahuluan dan penutup.
Kurang dan lebihnya dasir mohon mangap..
Wassalamu'alaikum wr.wb.

Related Post

Related Posts with Thumbnails