Sahabatku yang insya Alloh di rohmati Alloh selalu...aku hadirkan sambungan cerita kemarin yang berjudul SMS Itu....Langsung saja ya...
Bagi yang ketinggalan, bisa baca arsip kemarin...
Maghrib telah berlalu. Sambil menunggu sesuatu yang tak tentu kapan datangnya, lebih baik aku makan malam dulu. Biarpun rasanya tak enak, namun harus kupaksakan. Karena tadi pagi hanya sedikit makanan yang masuk ke lambungku. Siangnya juga begitu. Ayam goreng dengan sambal terasi dan lalapan timun bagaikan makanan basi di mulutku. Tak ada rasa sama sekali. Entah asin, pedas, ataupun asam. Bahkan pahitpun berubah menjadi hambar.
Inikah rindu pada orang yang kukasihi dan kucintai
Padahal ia tak romantis, kalau cantik ya lumayan. Kalau baik, hanya sedikit. Ia jarang pulang kampung. Kalaupun pulang ia hanya sabentar menjengukku. Tak ada dalam hitungan jam. Bahkan untuk berlibur beersama ke perkebunan teh Pagilaranpun di daerah Batang tak dikabulkannya.
Ia orang yang mempunyai prinsip. Agama adalah segalanya baginya. Selama aku berpacaran dengannya 2 tahun, tak pernah aku bergandengan dengannya. Kami pergi berdua hanya 2 kali selama pacaran. Sekali ke Pasaraya Sri Ratu di Pekalongan dan sekali waktu ku diajaknya belanja kue untuk kakaknya di toko roti Purimas 3 di Jalan Raya Pekalongan-Pemalang. Itupun tanpa bergandengan. Perlu teman-teman ketahui, jangankan bergandengan tangan, salamanpun atau berjabat tanganpun kami tak pernah. Ia betul-betul menjaga kehormatannya. Semakin ia menghindar seperti itu, semakin aku mencintainya. *So sweet...suit..suiiit* Mulai deh ceritainnya rada kacau.*
Namun kadang pula ia mengungkapkan cintanya penuh romantis dengan puisi atau hadiah. Tapi bisa dihitung berapa kali ia melakukannya. Sebab sekali lagi ia berusaha menjaga hatinya dan perasaannya yang tunduk dan patuh pada sang Maha Pemberi Cinta. Dulu ia pernah melukaiku dengan berbohong kalau ia sedang jatuh hati pada seorang ikhwan. Tetapi lalu ia meminta maaf dengan mengungkapkan alasannnya berbohong. Katanya ia sedang konsentrasi untuk menghafal Alqur’an.
Disaat itulah aku semakin mencintainya, rasa cintaku kepadanya semakin mendalam. Sedalam samudera hindia, setinggi gunung himalaya dan seluas jagat raya.*Glubraaak...Gombal banget kang!*
”Teleleng...teleleng...”
”Teleleng...teleleng...”
”Teleleng...teleleng...”
Nada pesan sms hapeku berbunyi. Pukul 21.50 wib kulihat jarum jam menunjukkan. Aku berlari dari ruang tamu di mana aku sedang belajar menuju kamarku. Sampai-sampai lututku menubruk pojok meja hingga aku terjatuh.
”Aduuh...! Inna lillah...!” kata-kata itu muncul secara spontan dari mulutku.
”Wah..5 sms, dari siapa aja nih?” tanyakudalam hati.
”Ummi Masyitoh, alhamdulilah, terima kasih ya Alloh, ternyata Engkau mengabulkan doaku. Benar ya Allah dia membalas sms dariku meskipun terlambat satu hari lebih 2 jam 50 menit.” syukurku pada Maha Pemberi Cinta.
Kubuka layar hapeku dengan penu semangat. Tiba-tiba.......
”Yaa..mati lagi, batere hpku ngedrop lagi! Disaat bagini malah mati..!” kesalku.
”Dasar hape murahan!” gerutuku bertambah.
”Dik dina, tolong ambilkan charger hpku di atas televisi di ruang timur.!” pintaku pada adikku.
”Sebentar Kak!” teriaknya.
”Cepetan! lama banget sih..” teriakku.
”Iya..iya.., nih! Emang kenapa sih kok buru-buru begitu?” tanyanya.
”Rahasia!”
”Hayoo, dapat sms dari kak Ummi ya. Makanya beli donk hape yang baru biar tidak terus begini.” godanya.
”Ah, kamu apa-apaan sih. Sana-sana, terima kasih ya!”
”Iya..iya.. Hallo sayang kamu sedang apa?” dina menggodaku terus. Wajahku jadi merah.
”Udah cepetan pergi sana, sekali lagi terima kasih. Eh..eh..eh..”
”Ada apa lagi?” dina membalikan badannya yang sudah terlanjur jalan meniggalkan kamarku.
”Tolong tutup pintu kamarku!”
”Huuh, sudah dibantu, lalu ngusir, masih nyuruh lagi!” omel dina.
”eit..eit, ndak ikhlas ceritanya nih?”
”Ikhlas..ikhlas...!”
Dan bunyi sms itu adalah begini:
”Kau pasti kecewa ketika aku tak mengSMSmu walaupun hanya sekecil inti atom yang senang terbang ke mana ia suka ataupun mengikuti aliran listrik yang menyetrum orang gila yang menyentuh stop kontak karena tak pernah dikasih tahu bahayanya oleh ibunya, karena memang ibunya sendiri juga sama-sama gila.
Tapi tak mengapa, antum memang pantas untuk kecewa. Bahkan ketika aku dismspun aku tak segera menggerakkan jempolku yang besar melebihi huruf abjad di keypad untuk mengetik dan merangkai untaian kata penuh roman dan sajak penuh cinta kepada antum.
Karena memang semua terjadi secara terencana untuk membuktikan rasa cinta hamba kepada Sang Maha Pencinta. Dengan tetap menjaga hati untuk terus fokus dan taat pada apa yang dititahkannya melalui lisan utusannya yang mulia Rasulullah Muhammad Shollallahu ’Alaihi Wassalam. Sehingga sampai kepada hamba. Afwan tuk semua karena aku tak bisa terus mengabarkan dan menanyakan berita dari dan untuk Kakanda. Aku takut ketidakhalalan membuat kita terus bergelut dengan perasaan dan khayalan yang kalut jika dilanda rasa rindu yang carut marut sehingga membuat kita jadi cemberut seperti burung perkutut yang kena kentut bapak botak yang gendut. Terima kasih.Wassalamu’alaikum wr.wb.”
Dan kuketik balasan sms itu:
”Assalamu’alaikumwr.wb. Kalau aku boleh mengatakan isi hatiku sejujurnya akku memang kecewa. Karena panjenengan tidak mengsmsku dan tidak segera membalas sms dariku. Tapi dengan alasan tadi aku jadi paham dan antum mamang benar. Selama kita belum halal, aku akan berusaha menjaga hatiku dan perasaanku. Sekali afwan ya ukhti, dan Mohon doanya ya Ukhti semoga kakak saya bisa menikah tahun ini sehingga saya bisa meminang antum segera. Terima kasih. Jazakumullahu Khairan Katsiroo. Wassalamu’alaikum wr.wb.”
Sahabatku, sekian dulu kisah tak bermutu dari wong ntunjung. Semoga bisa diambil manfaatnya kalau ada. Kalau tidak ada ya...Salam sayang dan hangat saja dari dasir dan wong ntunjung....