Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts

Friday, September 04, 2009

Guci biru

Seorang ibu dengan tas bermerk di tangan kirinya berjalan di Malioboro. Ia menggandeng anak laki-lakinya yang berumur 10 tahun. Ia hendak berbelanja pakaian dan bakpia pathok.

Waktu memilih pakaian ada seorang anak kecil berpakaian lusuh menyolek anaknya sambil memohon belas kasihan. Anaknya yang seusianya memohon kepada ibunya agar ia diberikan uang untuk diberikan kepada anak tadi. Tapi ibunya berpikir, kalau uangnya diberikan nanti tak cukup buat beli pakaian dan bakpia patok.

Akhirnya ia menghindar dari anak tadi dan berpindah ke toko bakpia. Karena harganya tak cocok ia berjalan-jalan dulu.

Beberapa langkah dari toko bakpia ia masuk ke toko keramik. Terlihat guci cantik dengan corak bunga warna biru. Ia mencoba bertanya harganya. Pemilik toko menjawab kalau sekarang sedang ada diskon 20%. Harga aslinya Rp 400.000 setelah dipotong diskon jadi Rp 320.000,00. Ia sebenarnya sudah punya guci dengan corak hampir sama, namun mumpung diskon akhirnya ia beli guci tersebut.

Ia dan anaknya keluar dari toko guci dengan bahagia menuju halte menunggu taksi. 10 menit taksi juag belum datang. Tiba-tiba
"Glompraaang..ang..ang.!!"
Dua ekor kucing yang berkejar-kejaran ingin kawin membuatnya kaget dan guci itu terlepas dari genggaman tangannya.

Salam sayang dan cinta damai dari dasir


Saturday, August 29, 2009

Aku diomelin Wordpress..SEMALAMAN!!

'Anda Komentar Terlalu Cepat. Sabar.'

Begitulah tulisan yang muncul berkali-kali ketika dasir komentar di blog wordpress sahabat.
Berawal dari komentar 'pertamaxx,keduaxx,ketigaxx,kaopaxx,kelimaxx' diblognya rampadan.wordpress.com pas mau komen yang keenamxx untuk pamit itulah kemudian 'Wordpress galat' dan muncul omelan itu.

Sewaktu main ke kawanlama95 baru sekali komentar langsung diomelin lagi. Meskipun setelah diulang komenku bisa muncul.

Yang berikutnya ditempatnya kang kopral cepot, lagi-lagi di omelin langsung. Padahal cuma nyapa 'Absent kang' eh malah disemprot.

Omelan berikutnya berlanjut di tempat kang Dedeksn, Pak Wandi, Kang Suwung, Pak Andi MSE, Kangboed, Kang Alamendah, dan terakhir Pak Marsudiyanto.

Meskipun Pak Marsudiyanto, Pak Andi MSE, Pak Wandi dan Kangboedtelah berdomain sendiri tapi karena mereka berdomain dalam wordpress maka dasir masih kena omelan juga.

Kupikir akan dapat email dari WP dan dilarang komen lagi. Ternyata setelah kucek emailku, tak ada satupun email yang masuk termasuk dari WP.

Sekian curhat dasir dan wong tunjung. Dan terima kasih.


Thursday, August 27, 2009

Pasir dan Batu

Ini adalah Sebuah cerita yang pernah dasir baca dari sebuah buku tapi dasir dan wong tunjung lupa judul bukunya...begini ceritanya..

Ada dua orang pengembara sedang melakukan perjalanan. Mereka tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang yang ada hanya pasir yang membentang. Jejak kaki mereka meliuk-liuk di belakang. Membentuk kurva yang berujung di setiap langkah yang mereka tapaki. Debu-debu pasir yang beterbangan memaksa mereka berjalan menunduk.Tiba-tiba badai datang.



Angin besar menerjang mereka. Hembusannya membuat tubuh dua pengembara itu limbung. Pasir betebaran di sekeliling mereka. Pakaian mereka mengelepak, menambah berat langkah mereka yang terbenam di pasir. Mereka saling menjaga dengan tangan berpegangan erat. Mereka mencoba melawan ganasnya badai.

Badai reda, tapi musibah lain menimpa mereka. Kantong bekal air minum mereka terbuka saat badai tadi. Isinya tercecer. Entah gundukan pasir mana yang meneguknya. Kedua pengembara itu duduk tercenung, menyesali kehilangan itu.

"Ah.., tamatlah riwayat kita," kata pengembara pertama. Lalu ia menulis di pasir dengan ujung jarinya. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini."

Kawannya, si pengembara duapun tampak bingung. Namun, mencoba tabah. Membereskan perlengkapannya dan mengajak kawannya melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir, mereka melihat ada oase di kejauhan.

"Kita selamat," seru salah seorang diantara mereka.
"Lihat, ada air di sana."

Dengan sisa tenaga yang ada, mereka berlari ke oase itu. Untung bukan fatamorgana. Benar-benar sebuah kolam. Meski kecil tapi airnya cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuasnya dan mengisi kantong air.

Sambil beristirahat, pengembara pertama mengeluarkan pisau genggamnya dan memahat di atas sebuah batu. "Kami bahagia. Kami dapat melantjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini."

Pengembara kedua heran.
"Mengapa kini kau menulis di atas batu, sementara tadi kau menulis di pasir."

Yang ditanya tersenyum.
"Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu di pasir. Biarkan angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus," jawabnya dengan bahasa cukup puitis.

"Namun, ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan. Pahatlah kemuliaan itu di batu agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu di kerasnya batu agar tak ada yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan."

Keduanya bersitatap dalam senyum mengembang. Bekal air minum telah didapat, istirahatpun telah cukup, kini saatnya melanjutkan perjalanan. Kedua pengembara itu melangkah dengan ringan seringan angin yang bertiup mengiringi.

Bagaiman dengan kita dalam menyikapi setiap permasalahan...salam hangat dan ukhuwah dari dasir dan wong tunjung semua...

Wednesday, August 26, 2009

Kembali ke Jakarta

Kita lanjutkan episode terakhir Kembali ke Jakarta

Siangnya kami tertidur semua. Capek banget dan melelahkan. Ternyata hajatan nikah tak seringan yang dibayangkan. Harusnya nikah itu mudah dan ringan. Kayaknya tergantung masing-masing orang kali ya. Sahabat, apabila kalian mengadakan hajatan nikah buatlah yang seringan mungkin tapi tetap bernilai tinggi bagi tamu undangan dan teman-teman.

Matahari beranjak ke barat kurang lebih pukul setengah tiga, Kakak sepupuku minta di anterin ke Tegal Suruh, Sragi. Katanya mau kondangan.Kami berangkat berempat. Aku memboncengkan kakak sepupu ku. Melewati jalan di tengah sawah yang di aspal tahu 2000 kami manuju ke Sragi. Aku berada di depan dan kakak sepupuku yang lain berboncengan berada di belakang. Jalanan di desa tak seramai di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Makanya kami bisa ngebut.

Di desa Babalan Lor Kecamatan Bojong motor karisma di depanku berjalan rada pelan. Akupun mendahuluinya. Kakak sepupuku yang dibelakang dengan Jupiter Z birunya mengikutiku. Beberapa motor dan mobil aku balap, karena takut kesorean. Sebuah motor Supra dengan kandang ayam di belakangnya mengendarai agak cepat, karena aku pingin cepat sampai di Tegal Suruh maka juga kubalap. Pas di Desa Beji masih di Bojong setelah melewati motor ayam itu motorku oleng. Goyangannya kuat sekali ke kanan dank kiri.seperti ada yang menyenggol bagian belakang motorku. Kakak sepupuku yang membonceng berteriak.

“Eh Sir, piye iki… piye iki?”

Iya berpegangan kencang ke pinggangku yang mencoba mengendalikan revo yang mulai tak beraturan jalannya. Rem kutarik kuat-kuat sambil menurunkan gas.

“Seaaaaakkk….seeooooookkkkk……”

“Chhhhhhiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttt……….!!!!!!!!!”

“Huh..hah..huh..hah..dag..dig..dug..der..dor…” nafasku terengah-engah.

Alhamdulillah motorku berhenti tanpa jatuh dan roboh. Kakak sepupuku bersyukur sesyukur-syukurnya. Bagaimana tidak bersyukur? Seandainya pertolongan Alloh SWT tak datang tepat waktu dengan memerintahkannya berpegangan kuat kepadaku mungkin ia telah terlempar jauh. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi. Qodarulloh. Sebab keadaan motorku masih kencang 80 km/jam, karena baru saja membalap.

“Sir, kenopo motormu?” Tanya kakak sepupuku bingung.

“Aku ra reti?” jawabku pendek sambil gemetaran

.

“Wah Sir yo pantes! Wong kempes banne..!” lanjutnya sambil melongok ke ban belakang motorku.

“Yakin Sir, aku mau wedi banget!” tambahnya dengan mimik ketakutan.

Kamipun berjalan mencari bengkel untuk menambal ban.*Bukan menambal baju!*

Sebenarnya sebuah bengkel tepat di seberang jalan dimana aku menghentikan motorku, tapi ia tak melayani tambal ban. Ia memberipetunjuk berjalan sekitar 500 meter ke selatan. Di sana katanya ada bengkel tambal ban.
Awalnya ketika sampai di bengkel itu, pintunya tertutup. Sehingga kami mengira tutup. Namun waktu kami meningglkan bengkel tersebut kurang lebih 10 meter, sang pemilik pas keluar dan melihat kami lalu memanggil.

“Hey Mas, neng opo motore?” teriaknya.

“Anu pak, kempes!” balasku singkat.

Bapak itu mebongkar ban belakangku dengan lihai. Dibukanya tutup pentil, lalu di congkelnya ban luar setelah itu ditariknya ban dalamnya. Ia lincah bangeet, andaikan ia penari gerakannya lemah gemulai. Andaikan ia penyanyi suaranya merdu. Andaikan ia pemain bola gocekannya maut. Andaikan ia sprinter, mungkin Usain Bolt akan di kalahkanya.*Hey, ngelantur kemana sih!*

“BUszyeeeeeetttttt…maasya Allooh!” teriakku dalam lubuk terdalam.*Ciaaah..bahasa mana tuh?”*

Kawan, bannya tersayat dan termasuk dalam kategori terpotong. Pantaslah kalau motorku bergoyang melebihi garangnya goyang ngebor Inul. Sebuah paku berbentuk huruf V menancap di ban luar menusuk dan mengoyak ban dalam.

Bayangkan sendiri ya..bagaimana rusaknya itu ban.

Selama motor ini di beli baru sekali ini harus di ganti. Dan kenapa harus dengan jalam begini periode penggantiannya. Lagi-lagi Qodarulloh. Takdir Alloh berbicara lebih dari ketidaktahuan dan menunjukan kelemahan serta ketidak berdayaan kita menghadapi dan merubah apa yang telah di gariskan oleh Sang Maha Berkehendak.*Karena kamu pas di rumah, biar kamu yang ngganti bukan kak fani yang ganti ban..ehheehhehe*

Ban dalampun diganti dengan ban merk federal. Kami duduk menunggu kurang lebih 30 menit. Sambil menunggui bapak penambal ban aku iseng mengambil gambar dengan K530i ku.

Kakak sepupu dengan Jupiter Znya mendatangi kami. Ia tadi membalapku sewaktu aku berhenti dan tadinya kami menyuruhnya duluan tapi ternyata mereka lebih ingin bareng-bareng saja.

Dua puluh menit kami di tambal ban. Dan tiga puluh ribu biaya yang harus ku keluarkan untuk membayar ban dan jasa penggantiannya.

Kami sampai di Tegal suruh pukul 15.20 wib. Dan hanya sebentar lalu langsung pulang 10 menit berikutnya. Pulangnya kami tak lewat jalan yang tedi. Kami mengambil jalan lewat Pabrik Gula Sragi menuju Klunjukan melewati jalan tengah sawah Kentung dan Secangkring atau Grecek. Nyampe di Tunjungsari pukul 16.30 wib.

Bersih-bersih sesudah balik kloso lebih ringan daripada sesudah resepsi. Cukup ngepel lantai yang berminyak. Malamnya pun kami bisa bercengkerama mesra. Keponakanku dengan tingkah polah dan celotehnya membuat kami tertawa riang melupakan kelelahan dan kepenatan.

“Lek..lek..Lek nduwe Ibu ora?” tanyanya lugu.

“Mboten, Lek nduwene Simak..” hahahaahaha.

Dalam kamus besar bahasa jawa yang namanya ‘ibu’ itu ya semakna dengan ‘simak’. Lha namanya anak juga baru 3 tahun, nanyanya aneh bin ajaib. Mengapa ia bertanya seperti itu? Karena dalam sehari-hari ia memanggil kak Fani dengan panggilan ‘IBU’ bukan ‘SIMAK’ seperti saya. *Hehehe..wong tunjung ikut ketawa ahh…*

Tapi sangat disayangkan. Resepsi dan balik kloso yang membahagiakan memakan korban. Ayahku yang kelelahan pinggangnya rematik. Ia minta dipijitin sama tukang urut Wo Was. Sebelum ia datang aku mengurutnya sebisaku. Yang penting asal sentuh dan tekan, katanya enak dan nyaman. Mungkin karena jarang aku memijitnya, sehingga ia sambil melepaskan kangen pada anak bungsunya ini minta dipijitin terus. Hihiihihi..biasanya nekan tombol monitor mesin kini nekan tubuh orang. Kaishan juga bapakku. Sudah tujuh puluhan ia usianya tepatnya aku kurang tahu berapa usianya. Ia sendiri tidak tahu, kapan tanggal lahirnya. Di KTP-nya ia ditulis sama pejabat desa tahun 1932 dan masa berlakunya seumur hidup.

Hari Minggu tanggal 16 Agustus tahun 45 eh 2009 besoknya hari kemerdekaan kita. Aku merapikan ruangan yang belum rapi dan mencuci baju yang kotor. Maklum dari Jakarta hanya membawa beberapa potong pakaian ganti. Sedang pakaian yang lama sudah tidak pada muat dan kurang enak dipakai. Karena sudah kusam.

Tanggal tujuh belas Agustus aku merayakannya dengan pergi ke sawah membantu Bapak yang telah sehat mengangkati gabah 15 karung. Jaraknya yang lumayan jauh dan tidak bisa di lewati mobil membuatku mengangkutnya menggunakan motor Revo dengan di taruh di boncengan. Bersama suami kak Fani aku bergiliran membwa kelimabelas karung padi hasil panen yang msing-masing berbobot plus minus 50 kg..

Sorenya aku bersilaturahim ke rumah saudara sepupu yang lain di RW sebelah. Puncaknya malam nanti aku hendak balik merantau ke Jakarta. Mencari sejumlah uang buat bekal hidup.

Pukul 17.00 aku menata keperluan baju dan perkakas yang harus kubawa Kembali ke Jakarta. Baju, tas, kamera, hape, charger, kunci kontrakan, Alqur’an, buku, bolpoin, flasdisk, kopyah, beras dan sedikit oleh-oleh buat teman kerja di pabrik nanti serta tetangga.

Aku hanya membawa 3 kg kripik singkong buatan adik ipar kak Fani. 3 kg lanting yang dibawakan Kak Roni dari Kebumen. Aku rasa cukup. Mandi dulu biar seger dan tidak mabok waktu naik bus. Makan malam.biar ga masuk angin. Sebotol air minum.

“Nyuuut…nyuuuut..nyuuut…” berat kepalaku selepas mennunaikan sholat maghrib. Badanku juga gemetaran tak karuan.

“Mak, aku turu sik bae yo. Ngko nek sehat yo mangkat jam 21.30 pu o naik kereta Ekonomi…” pintaku pada bundaku. *Ciaaah..sekarang pake bunda segala.* Cuma di cerita ini ko..hehehe.

“Lha, sampeyane neng opo?” jawab bundaku.

“Mumet banget karo gemeteran koyo iki. Cok e kerono mau pas ngangkuti pari ra nganggo topi dadi kepanasan.”

“Tak gaweke wedang anget, gelem pora?” tawar bundaku.

“Gelem..” jawabku sambil merebahkan badanku.

Sesaat kemudian beliau membawakan segelas the hangat untuk anak bungsunya ini. Kuseruput pelan-pelan dan kuminum hingga habis. Aku tidur hingga pukul 21.00 dibangunin mas Ozan. Ia menanyakan apakah aku jadi berangkat tuk Kembali ke Jakarta malam ini tidak? Tapi aku menjawab besok saja berangkatnya. Ia juga menawari mau berangkat ke Jakarta naik mobil pribadinya Lek Ahmed tidak. Kujawab tidak mau. Karena aku tidak akrab dengan Lek Ahmed dan jarang bertemu dengannya. Meskipun kami sama-sama mencari nafkah di Jakarta. Katanya Lek Ahmed akan berangkat jam 23.00 wib. Berhubung juga aku sudah terlanjur kuat banget ngantuknya akupun kembali tidur dengan menjalankan sholat Isya terlebih dahulu.

Dalam hati aku berpikir, sebenarnya jika ikut Lek Ahmed bisa eanggaran tapi aku terlanjur menjawab tidak, malu rasanya menarik ucapan. *Sok loe…*

Aku tidur nyenyak tapi kadang terbangun lalu tidur lagi. Aku bermimpi telat berangkat ke Pabrik. Jam 4 pagi aku bangun, aku langsung bingung. Aku mau naik apa pagi ini Kembali ke Jakartanya. Naik bus baru sampai Jakarta jam 17.30 wib, naik kereta Bisnis nyampenya jam 15.30 wib. Padahal aku harus berangkat kerja pukul 16.00. Kubuka hape K530i ku dengan OPMIN untuk On Line. Aku berharap ada kereta yang berangkat jam 7 pagi. Itu aku lakukan karena aku tak hafal jadwal kereta Eksekutif, biasanya Cuma sampai level Eonomi dan Bisnis. Gaa kuat duitnya. Tapi demi kerjaan agar tidak terlambat, aku berniat naik kereta Eksekutif.

“Dapat nih infonya..ARGO SINDORO..JAM 6.50 DARI SEMARANG KE JAKARTA..HARGA RP 180.000,- ah masih bisa di tolerir dengan APBW (Anggaran Pengeluaran dan Belanja Wong Tunjung) hehehe..” *Kayaknya loe masih belekan tuh,,cuci muka dulu ngapa?* Hehehehe…maklum bingung…

Sejurus kemudian aku langsung mandi untuk persiapan sholat subuh dan nanti usainya langsung berangkat ke STASIUN PEKALONGAN pukul setengah enam. Jarak antara rumahku dengan stasiun lumayan jauh dan bisa di etmpuh dengan motor 30 menit.

Selepas sholat subuh aku pamitan kepada kedua orang tuaku dan kak fani serta mas Ozan ayng sedang menata tempe untuk dijual. Setelah berpelukan dan meminta doa aku pergi dianta dengan REVO oleh kak fani. Aku hanya mencium keponakanku Adi dan Dwi yang masih tertidur, tak tega aku membangunkannnya dan kalaupun bangun nanti Dwi malah nagis pingin ikut ke Jakarta.

Setengah jam kemudian aku sampai di stasiun. Kak Fani mengantar hanya sampai tempat naik angkot ke stasiun. Ia tak berani mengantarku sampai stasiun karena tak punya SIM.

Ke loket.

“Pak satu tiket Argo Sindoro satu ke Jakarta. Berapa?” pesanku kepada petugas loket,

“Rp 220.000,-!” jawabnya.

“Loh kok naik, di Internet 180 pak?”

“Lha itu mas yang terbaru!” sambil menunjukan info harga terbaru di dinding.

Yah,,meskipun mahal tetap kubeli. Yah idep-idep numpak sempur Eksekutif sepisan Gimana sih rasanya jadi orang kaya yang naik Eksekutif…

Jam 7.53 kereta yang hendak kunaiki datang dari Semarang. Waktu transit hanya dua menit. Aku masuk gerbong 3 kursi 5A. Lumayan juga berAC dan tempat duduknya dua-dua. Tak ada pedagang yang rame seperti di Ekonomi dan Bisnis. Juga tak ada yang merokok, cocok untuk dasir dan wong tunjung yang anti nikotin dan tembakau. Sayang saja meskipun mahal tak ada makanan, snack ataupun minuman…Sampailah aku di Stasiun Jatinegara dengan selamat. Akhirnya dasir dan wong tunjung Kembali ke Jakarta tepat jam dua belas teng.

Selesai,,,terima kasih dasir dan wong tunjung ucapkan kepada sahabat sekalian yang dengan setia mengikuti cerita mudik seminggu dasir dan wong tunjung. Mudah-mudahan bermanfaat sampai jumpa lagi di cerita yang akan datang.

Wassalamu’alaikkum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Salam saying tuk semua sahabatku tersayang…PIIIIIIIIIIIIIIISSSSSSSSSSSSSSSS



Monday, August 24, 2009

Kembali ke Jakarta 4

Tiga hari setelah resepsi..*Ngapain?* Ehhhmmmmm....Ya balik Kloso...

Balik Kloso adalah kunjungan balik dari pihak mempelai wanita ke rumahnya mempelai pria. *Jadi kalau ada blogger yang mampir ke blogmu, nanti kamu juga ngadain acara balik kloso ya,,?* Ya gitu deh. *terus bawaanya apa saja?* Sabar wong tunjung.

Kalau dalam lamaran itu yang di bawa adalah bahan mentah macam kambing hidup, kelapa belum di parut, ayam mau bertelor, duit, kayu, bumbu-bumbu, nangka mentah, buah-buahan dan lain-lain. Pokoknya yang mentah-mentah deh. Eh tapi parsel juga ada. Isinya buah pir, baju (luaran dalaman), sandal, mukena dan ada yang lupa. Lha itu di lamaran nikah beda ama lamaran pekerjaan kan.

Sedangkan kalau dalam balik kloso yang di bawa adalah yang mateng-mateng. Contohnya adalah nangka mateng yang sudah dibumbuin atau di tempat kami disebut “MEGONO”. Lalu buah jeruk dan pisang, telur asin mateng, sayur lodeh mateng, nasi mateng *yang namanya nasi itu sudah mateng mas, kalo mentah namanya beras.* Betul wong tunjung, wah tadi belum disebutkan tuh di lamaran ya. Ya sudah lanjutkan, ada lagi ikan panggang goreng, ayam goring, tempe goreng, *asal jangan ama penggorengannya aja ya..hihihi* terus bihun tumis, jenang ketan, bongko, poci, gereh, agar-agar, dan beberapa yang lainnya lagi yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat saya.*seperti di sambutan saja…sambutan lagi-sambutan lagi…*

Balik Kloso di laksanakan 3 hari setelah resepsi. Kamiberangkat ke Waru Lor, Wiradesa, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia pada pukul 9 pagi tet. Lebih sih lima menit..hehehe. Lima mobil sewaan, satu dapsun atawa mobil bak terbuka, satu mobil saudara sepupuku dan satu motor. Yang naik motor Pak Lurah Lho. Ga tahu kenapa beliau tidak bareng rombongan naik mobil. Biar semilir angin kali. Atau takut mabok. Ah ga mungkin. Tak usah di bahas. Kita lanjutkan, lebih cepat lebih baik. Lima mobil membawa rombongan pengirng pengantin. Satu mobil pribadi membawa pengantin dan orang tuaku. Serta mobil dapsun membawa bekal..

Nah kalau acara balik kloso di sana dasir ga tahu. Karena dasir dan wong tunjung jaga rumah takut di gotong semut. Heehehee..Tapi keinginan jaga rumah urung di laksanakan. Aku nyusul juga ke sana, tapi telat sampai sana. Pas dasir sampai eh rombongan mau pada pulang. Takut kali sama dasir. Nanti diceramahin ini itu kali ya. *Padahal yang bener memang acaranya sudah kelar. Loe nya aja yang telat..* Aku telat karena ambil uang dulu di ATM di kota. Lumayan jauh dan sebelumnya BAB dulu. Mencret makan sambal. *Hiiii…ddasir jorok ah..!* Bukannya di doain malah diejek..Huuuh.

Terus ngapain lagi…apa ya..wong tunjung ingat nggak lanjutanya?*eeeehhhh….HHAa! kamu diskusi dulu ama mertuanya kak Ida.* Beetul..betul..betul…Waktu itu aku tak langsung pulang, aku ngobrol ini itu dengan Pak Anwar mertua kakakku. Macam menginterogasi aku bertanya usahanya apa?, kerjanya di mana?, berapa saudara mas hasim?, berapa cucunya?, tapi aku ndak nanya ada gadis cantik yang bisa di kenali tidak..hehehehe. Lain lah dirimu tidak sama dengan yang sinting-sinting..Huzzzz jangan menyindir orang..Maaf ya sobat yang merasa tersindir. Bukan maksudnya diriku melukaimu tapi hanya sekedar bercanda..Alhamdulillah kalau ndak marah. Terima kasih.


“Teteteng…teteteng…teteteng…..teteteng…!!!!!!!”
Hape K530i-ku bergetar dan berbunyi. *Jieeh udah ganti ya?* Udah lama kali, *kan dulu J200.* Iya memang, alhamdulilah ada rejeki beli yang lumayan bagus biar bisa ngenet..heheehe.

Ternyata panggilan dari kak Fani. Trereeng…”Oh My good, astaghfirullah kuncinya…” sebutku dalam hati. Langsung kuangkat, “Eh iyo, mbak kuncinee…aku lali ra tak nehke mau..maaf…Sek..sek…sek..aku langsung mulih.”

Obrolanku dengan Pak Anwar dan keluarga baru kak Ida langsung ku putuskan dan kuberhetikan tanpa pandang buku tamu dan buku rapat.*Gak nyambung cing!*

“Pak, kulo pamit riyen gih, nuwun sewu, kulo mbeto kunci griyo dados menawi kulo mboten wangsul tiyang ten mriko mboten saged mlebet,,,” pamitku.
“Gih..gih..mboten nopo-nopo..matur nuwun!” jawabnya keheranan.
“Matur nuwun pak, sepindah malih ngapuntene gih pak.”
“Giiiiiih mboten nopo-nopo…”
“Monggo Pak..Assalamu’alaikum…”
“Giih..gih..Wa’alaikum salam…”

Kugeber Revo merah itu melalui jalanan Wiradesa menuju ke rumah. Aku tek lewat jalur biasanya. Aku lewat jalan beraspal di tengah sawah Bondan sari. Greeng..greeng…greeeeeeeeeeeeeeeeeeeng…..
Yah, aku rada lupa lagi gangnya, belok kanan apa kiri. Sudah ah kiri saja. Lho kok tembusnya rel kereta api yang tanpa terowongan. Mana kerikilnya pada habis lagi. Karena kalau balik lagi ke pertigaan agak jauh maka ku lewati saja rel itu. Rel kereta yang lebih tinggi dari jalanan membuat motorku berhenti ditengah antara rel satu dan rel yang satunya lagi. Ku coba gas..greeng..greeeeeeeeeeeeeeeeeng. Motorku tak mau naik. Aku heran. Mungkin karena belum sarapan jadi ga kuat diriku. Bismillahirrahmanirrahiim. Greeeeng..berat. Masya Alloh..
Busyyet dah. Ini kalau ada kereta lewat bisa koid dasir dan wong tunjung. Mana belum nikah lagi. Sebulan lagi lebaran. Tak ada orang lewat juga.

“Ya Alloh tolonglah hambamu yang lemah ini dan banyak bergelimang dosa serta terlalu senang dengan urusan dunia dan hal-hal mubah. Ya Alloh aku pernah beramal untuk tetanggaku Rp 25.000. seandainya itu ikhlas maka jadikanlah sebagai washilahku memohon kepadamu pertolongan. Aku belum nikah ya Alloh..Orang tuaku belum naik haji ya Alloh…kabulkanlah ya Alloh..Amiin.”

Bismillahirrahmanirrahiim..gigi motor yang masih dua kuturunkan satu. Setelah mengambil ancang-ancang dengan kuat kutarik gas motor. Greeeeeeeeeeeng…greeeeng…motorku loncat mau masuk sawah…ciiiiiiiiiittt. Reflek aku memegang rem kuat-kuat.
“Alhamdulillaaaaah….” syukurku sambil berteriak.

Sampailah dasir dan wog tunjung digubuk reot. *Ah kok ga balik-balik ke Jakarta sih!* Sabar wong tunjung, kan seminggu, baru hari kelimaxxx. Sambung Makenjang giih.. Soalnya kalau dasir lanjutkan masih terlalu panjang. Salam hangat tuk semua..met menjalankan ibadah puasa bagi yang menunaikan…



Kembali ke Jakarta 3

Bismillahirrahmanirrahim kita lanjutkan cerita Kembali ke Jakartanya..

Anggun dan cantik. Kesan itulah yang kutangkap dari perubahan pada kakakku Ida yang telah dirias oleh bu Lurah *bulu apa yang bias merias pengantin?.....ehm..Ya Bulurah…hihihihi* Kawan-kawan, cantik tak kakakku? Nah Ini gambarnya..



Kedip mas!
Rombongan pengantin datang diiringi gending, tapi hanya suaranya saja. Lewat kaset gitu. Eh CD player.

“Ning nong ning gung…ning nong ning gung….ning nong ning gung…ning ning gung…”

Tokoh masyarakat yang tadi membawakan acara walimahan kini hadir kembali tetap dengan tidak mau disebutkan jati dirinya. *Tiyang kampung niku malu-malu, tapi mudah-mudahan maluin*

“Sugeng wilujeng dumateng rombongan penganten jaler saking Warulor…sumonggo lenggahan wonten kursi ingkang sampun dipun siapaken..” tokoh itu mempersilakan dengan ramah.

Rombongan yang datang langsung dibekali bekal nasi box sterofom denga lauk yang lengkap dan minuman serta buah sebagai pencuci mulut.*kalau aku lebih setuju boxnya jangan pake sterofom karena tidak ramah lingkungan*
pake apa dunk wong tunjung?*pake daon pisang..hehehehe* bener juga biar ga diomelin kang alamendah….

Seperti halnya walimahan, disini acaranya sambutan-sambutan dari pihak pria dan pengantin wanita serta tausiyah dari Pak Kyai yang di undang khusus berbicara masalah nikah. *kayaknya yang namanya sambutan kok ga pernah lepas ya dari cerita ini*.



Selain itu ada acara adat jawa yang seru dalam resepsi ini. Ialah “Tumplek Punjen”. Ritual ini bermaksud mengundang kepada seluruh manusia yang hadir pada acara resepsi meniko untuk menyisihkan dan memberikan bekal kepada kedua mempelai dalam menjalani hidup yang baru. Bekal itu berupa sejumlah uang yang di masukkan ke dalam kantong kain *bukan kantong doraemon..*.
Lha kantong itu sendiri dipegangi sama kak Ida dan Mas Hasim beserta Ibunya mas Hasim dan ibunya kak Ida.*bilang saja Ibumu..* Setelah semuanya memberikan bekal maka kantong tersebut di tumpahkan ke tampah.
Dan kruyuuuuukkk….crik..crik….criiik…Recehan logam, uang kertas ribuan gocengan sepuluh ribu duapuluh ribu lima puluh ribu tumpah ke tampah..*Yeyeyeyeeye dapat duit banyak,,sayang tak ada cepekan ribu. Kalo begini mau dong nikah berkali-kali…hehehehe*

Acara yang lainnya pastinya adalah makan-makan…*yeye makan,,,yeye makan!* Makan saja yang kau pikirkan , wong tunjung? Dan juga foto-foto. Pengantin sungkem kepada ibu dan bapak secara bergantian, lalu aku juga ikut foto bareng kakak-kakak kesayanganku. Sayang kakakku yang pernah kuceritakan di Sepeda Jengki sakit. Badannya panas, suaranya serak dan malah masuk kategori habis suaranya. *Nyaris tak terdengar.* Perutnya juga katanya mules dan perih.

Jam 17 teng. Tepat waktu kakakku yang dari kebumen pamitan pada ibuku serta dasir. Mereka akan balik bersama keponakanku sigading kecil. Kami berpelukkan dan saling meminta maaf serta saling mendoakan. Naik mobil sewaan mereka berangkat ke sana. Selamat jalan duhai kakakku, semoga selamt sampai tujuan dan sukses selalu menyertaimu..amiinn

Keramaian itu berubah menjadi sepi seiring kembalinya rombongan pengantin pria dan kepulangan kakakku. Tugasku kembali adlah merapikan lokasi dan mencuci peralatan makan seperti gelas dan piring kotor serta perlengkapan dapur macam wajan, baskom, panic dan tetekbengeknya. Sampai maghrib aku jongkok mencuci gelas ratusan dan piring juga ratusan. Hehe..kesemutan kakiku….*kenapa nyuci sendiri?* Ibu-ibu dan para rewang (yang Bantu) sudah pada pulang, mereka kecapekan. Terima kasihku untuk semua yang ikut rewang entah yang masak, mencuci piring, maupun yang lainnya. Jazakumullahu khairan katsiro *Wa Iyakum..*

Bersambung ke Balik Kloso….Esook hari..



Saturday, August 22, 2009

Kembali ke Jakarta 2

Kulangkahi pundak para ibu-ibu itu. Ke toilet lalu ke kamar, ganti baju lalu keluar lagi. Pagi ini acaranya adalah walimatul ursyi. Setahuku maksudnya adalah mengumumkan bahwa sepasang manusia telah menikah.

Biasanya walimatul ursyi dilaksanakan berbarengan dengan ijab qabul. Namun karena akad nikah telah dì langsungkan seminggu sebelumnya maka walimatul ursyi dilaksanakan hanya ucapan dari pihak lelaki lalu perempuan, mauidloh hasanah, doa dan yang terpenting adalah pembagian berkat. Ini penting. Sebab tanpa berkat acara bukan walimatul ursyi lagi tapi sekedar pengumuman dan foto-foto. Acara sebenarnya akan dikaksanakan pukul 6. Tapi ternyata pihak laki-laki belum datan hingga pukul 7 kurang seperempat. *jam berapa tuh?* tau.

Aku sebagai lelaki di rumah selain ayahku, *karena kakak lelaki pertama belum datang dari kebumen yang satunya masih ditugasi ke pasar membelì daging* diminta menghubungi penganten pria.
"Aduh, lha aku tak punya nomer hapenya pengantin pria!" keluhku.
"Njaluk mb Ida." kata bibiku.
Aku menuju kamar mb Ida yang sedang dirias oleh bu Lurah.*aku ndak ngerti, kok mau ya bu lurah ndandani mb ida?* ya karena memang dia tukang rias didesaku.

Aku keluar mencari kak Fani. Karena ia yang tahu nomer hape kakaknya calon kakak iparku. Lari ke sana, lari ke sini. Dia tak ada. Rupanya kak Fani sedang mengantarkan makanan ke rumah bibiku. Kulihat hape kak Fani tergeletak di lemari. Kuambil dan kubawa ke dapur. Kutanyakan pada suami kak Fani siapa nama kakaknya Mas Hasim(nama calon kakak iparku).

"Mbak Up" kata mas ozan.
Aku keluar dari dapur. Segera kucalling Mbak Up.
"Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif!" bunyi dari seberang.
"Mas Ozan, sopo meneh sing iso dihubungi?" tanyaku dengan nada rada tinggi.
"Ar..arwani!" sahut ibuku.

Tulalit..tutulitot..
"Tuut..tuut..tuut..Hallo?"
"Niki mas Arwani gih?" tanyaku yang memang belum pernah bertemu dengannya.
"Gih, niki sinten?" jawabnya.
"Muddasir adiknya mbak Ida. Mas, mriku pun siap dereng?"
"Dereng.."
"Lha pripun? Wong mriki pun ngentosh wet mau jam 6. Kiro2 pirang menit malih gih?" cercaku.
"Yo piro yo? Limolas menit malih nembe mangkat."
"Yo mpun, matur nuwun mas. Kulo ntosi gih, wassalamu'alaikum." kututup telponnya.

Segera ku melapor pada ayahandaku yang sedang berunding dengan tokoh masyarakat yang mulai gerah menunggu.
Sesaat setelah laporan tadi, tokoh masyarakat tadi yang sengaja kusembunyikan namanya memulai acara walimatul ursyi kak Ida tanpa kehadiran pihak pria.

Ayahku berani memutuskan begitu dengan pertimbangan. Pertama, acara ini bukan akad nikah tapi cuma walimahan. Kedua, para hadirin walimahan akan bekerja jam 7 nya. Ketiga, nanti jika pengantin datang jelaskan sebagaimana keterangan pertama dan kedua. Tokoh masyarakat yang lain sekaligus ustadz di desaku diminta ayahku menyampaikan sedikit ceramah.
Ketika ceramah kelar, 'berkat' dibagikan kepada para walimatuler*maksudmu para hadirin,,gaya loe ditambahin 'er' dibelakangnya!*.

Berkat telah rata dibagikan, dan doapun dipanjatkan.
Walimatuler pulang dengan menenteng berkat yang berbentuk kotak terbuat dari anyaman bambu. Isinya nasi dengan lauk megönö, tempe goreng, sate kambing, telur ayam rebus berkulit dan kerupuk.

15 menit kemudian datang rombongan pengantin yang suka ama yang molor-molor. Merekapun tetap dijamu ayahku dengan ramah. Ehm, ayahku hebat. Dalam jamuan tuh, ada sambutan pihak laki-laki dan sambutan pihak perempuan. Intinya adalah makan-makan dan foto-foto. Sayang fotonya aku tidak punya, karena pas kembali ke Jakarta belum diafdruk.

Bersih-bersih aku lakukan bersama kakak-kakakku yang datang dari kebumen.
Istirahat bentar sampai pukul 9.30. Habis itu kami mempersiapkan area untuk resepsi. Rencananya jam 1 siang resepsi akan dilaksanakan. Tapi kami semua berpikir, paling ngaret lagi.

Pas lamaran katanya mau datang jam 3 sore nyatanya jam 5 baru datang.

Pas akad nikah janjinya akan hadir jam 8 pagi. Buktinya jam 9 baru muncul. Penghulu yang sudah tiba dari 8 kurang juga sempat pergi untuk menikahkan ditempat lain. Jadi pas dia datang sudah dinikahkan oleh Pak Kyai dan penghulu tinggal mencatatnya.

Sekali molor tetap molor. Kami yang sudah siap menanti dari jam 1 dibuat duduk manis sampai setengah tiga.

Kakakku yang telah cantik harus dibedakin ulang karena luntur. Apalagi si gading kecil, sudah mulai berantakan make-up nya. Aku harus mengendalikan keduanya yang meskipun telah cantik masih saja berlari-lari tak takut jatuh.

Sambung lain kali lagi ya..nuhun

Friday, August 21, 2009

Pusing

Pusing....Pusing....Pusing.........Pusing.......bingung....bingung....bingung....bingung....heran....heran....heran....heran....malu...malu...malu...malu...marah....marah....marah....marah....
marah....kesel.....kesel.....kesel.....kesel.....jengkel....jengkel....jengkel....jengkel....

Posting ga jelas...jangan di baca,,,,jangan dikomentari,,,tapi di omelin aja.....dimarahin saja...diejek,,,saja...dicaci saja.....diguyur saja pake air....


adeeeeeemmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Wednesday, August 19, 2009

Sekedar info

Sahabatku, Baru saja dasir dan wong tunjung ngantre untuk membeli tiket KERETA API bisnis di St. Jatinegara buat saudaraku tanggal 16 September 09.
Alhamdulillah setelah antri setengah jam akhirnya dapat juga seharga 130.000 rupiah. Padahal biasanya cuma cepek.

Nah sekedar info aja buat para sahabat yang hendak mudik lebaran dari Jakarta ke daerah yang mau naik kereta api bahwa kita bisa memesan sebulan sebelum hari H kita pulang.

Tapi bagi yang mau pulang tanggal 17 dan 18 September dengan kereta api bisnis dan ekonomi harus gigit jari karena sudah HABIS TERJUAL. Dan yang mau beli untuk tanggal 19 baru bisa pesan esok tanggal 20 jam 7 pagi.

Selengkapnya untuk harga dan jam keberangkatan bisa dilihat di http://infoka.kereta-api.com
Terima kasih semoga bermanfaat info dari dasir dan wong tunjung.


Tuesday, August 18, 2009

Kembali ke Jakarta

Seminggu sudah dasir dan wong tunjung mudik. Mudik untuk menghadiri resepsi pernikahan kakakku 'Ida'. Dulu aku bercerita perjalanan kakakku menuju ijab qabul, sekarang dasir ingin menulis beberapa hal konyol dan sinting yang dasir alami selama seminggu.

Tak biasanya dasir pulang dari Jakarta naik bis ekonomi. Biasanya kalau tidak bisnis ya eksekutif *Sok kaya kowe sir!* Kaya apa? *mudah2 an saja bukan kaya monyet hihihi* Alasanku naik bis bisnis atawa eskutif karena dasir tidak merokok dan tidak mau menghirup asap rokok. *Ooh begono! Ngemeng dunk..*
Bis berangkat dari Jakarta pukul 20.00 atawa jam wolu bengi. Dasir dan Wong Tunjung naik bis ditemani anak tetangga, *bukan anak setan?* bukan, lalu para penumpang, kondektur dan supirna. *kok bukan masinis?* ya bukanlah, mas inis kan yang mengendalikan sepur.

Dì tengah jalan, bis berhenti. *bukan di tengah sungai, juga bukan ditengah laut apalagi di tengah hutan* ternyata..e..e..ternyata jalan di Indramayu redang diperbaiki. Sudah macet, penuh asap rokok lagi. Kepalaku langsung pusing. Secepat kilat kututupkan jaketku ke mukaku.

'heer..heer..' aku tinggal tidur saja. Aku terbangun. Kutengok jam di Hapeku menunjukkan pukul 3 pagi. Aku tidur lagi. Percuma melek mau ngapain, jam segitu enaknya kan emang tidur. Jam 5 aku dan anak tetangga sholat subuh dikendaraan. Dengan berwudlu menggunakan air mineral, aku taksir akan kesiangan kalo harus menunggu sampai di Pekalongan. Benar, turun di Wiradesa jam hape telah berganti menjadì jam 6.
Ojek merayu minta dinaikin.
"Pulang kemana mas, ayo naik ojek aja, bertiga juga ndak papa?"
"Tunjungsari, maaf sudah dijemput Pak!"
Kami menyeberang dari utara ke selatan melewati zebra cross di depan truk dan bus yang berhenti karena lampu merah.

Di depan gereja Pantekosta, Wiradesa kami menunggu kakakku Roni. Setengah jam berikutnya dengan Revo merah kak Roni berjaket levis berhelm hitam mendekat. Secepat siput merayap aku dan anak tetangga naik ke motor.
"Wusss..."
Motor melaju dengan kecepatan 60 km/jam.

Jalanan Wiradesa-Bojong yang membujur dari utara ke selatan kami lintasi 10 menit lalu belok ke barat di jembatan Pengkol. Selanjutnya 3 pria ini membelah persawahan dan belok kanan di pertigaan. Sebuah SD Negeri menjadi penanda bahwa kami harus belok kiri menuju perempatan lalu belok kanan dan berhenti di depan Mushola Nurul Jannah. *di situ tho rumahmu sir?* Iya.

Rame. Itulah suasana rumahku. Motor dan sepeda parkir berjajar. Bapak-bapak dan pemuda berkopyah berbaju koko dan bersarung duduk bersila di musholla. Sebagian duduk di kursi depan pelaminan bergaya etnis jawa.

Ayahku menyambutku. Kucium tangannya sambil melangkah menuju dapur. Aku agak sungkan lewat depan. Samping rumah kususuri untuk sampai dapur. Dapur rame banget. Penuh perabotan masak dan ibu-ibu yang membantu hajatan kakakku.
Bersambung..dulu ah..ngetik pake hape agak repot

Monday, August 17, 2009

Oh Pahlawanku..

Secerah sinar mentari
Sebening embun pagi
Kau datang di kegelapan negeri

Derap langkahmu membahana
Hentakan kudamu mengguncang jiwa
menggertak musuh, menciutkan nyali

Oh Pahlawanku..
Kau korbankan seluruh hartamu
Kau korbankan seluruh pikiranmu
Kau korbankan seluruh waktumu
Dan kau korbankan juga jiwa ragamu

Oh Pahlawanku..
Air matamu, Air mataku
Tetesan keringatmu adalah tetesan keringatku
Aliran darahmu adalah aliran darahku

Oh Pahlawanku..
Cucuran keringatmu membasahi semangat anak cucumu
Tetesan darahmu mengalir di ragaku
Tuk berkarya dan membangun negeriku


Oh Pahlawanku..
Pertiwi berhutang padamu
Di Hari Kemerdekaan ini..
Seluruh negeri
Seluruh tanah air
Seluruh penjuru bangsa
Semua mendoakanmu

Oh Pahlawanku..
Dalam doaku kau kusebut
Dalam heningku kau kukenang

Oh Pahlawanku..
Jasamu kan kenang selalu
Semoga Alloh membalas semua jasamu
Dengan surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya

Oh Pahlawanku..


Friday, August 14, 2009

Pramuka

Salam pramuka..

Kalian pasti ingat dengan salam itu kan? Ya, salam yang diucapkan oleh korps berbaju cokelat muda dan bercelana cokelat tua. Dengan lambang tunas kelapa dan baru saja berulang tahun tanggal 14 agustus kemarin.
Mari melanjutkan kenangan indah itu,,hehehe

Tepuk pramuka..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..prok..

Dasa dharma pramuka:
Pramuka itu:
1. Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan ksatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin terampil dan gembira
7. Hemat cermat dan bersahaja
8. Disiplin berani dan setia
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Selamat mengulang masa-masa indah SMP dan SMA ya dan mohon ma'lum..dadaaa
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh

Thursday, August 13, 2009

BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA

Sahabat apa kabar kalian? Mudah-mudahan selalu baik ya. Kabarku alhamdulilah juga baik.
Sahabat, peribahasa di atas ada benarnya, ada tidak benarnya. Tapi lebih banyak benarnya dan jarang salahnya.*berarti nilai ujiannya bagus dunk, kan salahnya dikit,,hihihi*
Anak yang pendiam, orang tuanya pendiam. Anak yang pemarah dan cerewet, bapak atau ibunya pemarah dan cerewet.
Anak yang pintar, orang tuanya pintar. Anak yang bodoh, orang tua ntah ayah ntah maminya..? waduh aku ga jamin.*loh kenapa?* Aku mau bilang bodoh, ntar ada yang merah wajah dan telinganya.

Jika bagus anaknya, telinga orang tua pasti hijau. Sebab teman, tetangga dan saudara-saudaranya akan memuji anak dan orang tuanya. Namun jika anak lebih jelek atau lebih buruk, aku jamin itu anak akan membuat wajah, telinga dan pantat orang tuanya merah.
Kalau aku selalu dunk membuat orang tua aku hijau telingannya.*sombonk loe..!* ya sih tidak selalu, pernah aku membuat mereka merah menganga sampai gosong ga karuan. Semua terjadi, karena aku pergi ke jakarta tak pamitan. *Kok bisa..bukannya itu aib, kok diceritain sih!* Aku berharap dengan aku bercerita akan dapat diambil hikmahnya. Bukannya malah ditiru.

Sahabat sekian dulu pembahasan dasir dan wong tunjung tentang peribahasa POHON JATUH TAK JAUH DARI BUAHNYA..
*Hei, salah yang bener. BUAH JATUH TAK JAUH DARI POHONNYA*

Makasih wong tunjung.
Dadaaa..assalamu'alaikum..

Monday, August 10, 2009

Tuk Sahabat

Sahabatku yang kucintai..

Sebenarnya dasir dan wong ntunjung malu untuk memposting ini. Tapi terbersit di pikiran wong ntunjung untuk menulis ini di gubuk reot wong ntunjung. Ya udah langsung aja sahabat, kali ini dasir ingin mengajak wong ntunjung dan sahabat serta kawan-kawan berpantun ria.Mulai nyook...pantunnyaa...

kapal titanic kapal hebat,
kesandung es jadi tenggelam,
salam hangatku tuk sahabat,
yang senang posting diwaktu malam.


kalau ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi,
kalau ada umur panjang, bolehlah kita bertemu lagi

Yang bisa berpantun monggo ditambahin, yang belum bisa mikir dulu yah, yang betul-betul ndak bisa pantun, dasir dan wong ntunjung tunggu komennya atau yang mau kirim-kirim salam juga boleh,,hihihi kayak di radio.

Saturday, August 08, 2009

Angin Duduk..

Kemarin jam 10.55 wib di tempatku ada seorang bapak meninggal dunia. katanya ia meninggal karena kena angin duduk. Dasir dan wong ntunjung bingung apa itu angin duduk. Bagi sahabat yang tahu tentang angin duduk Mohon beri penjelasan kepada wong ntunjung hal-hal yang berkaitan tentang angin duduk, hal-hal itu antara lain:
  1. Apa itu angin duduk?
  2. Apa penyebab seeorang terkena angin duduk?
  3. Bagaimana cara mencegah agar kita tidak kena angin duduk?
  4. Di mana biasanya kita kena angin duduk?
  5. Saat apa kita terkena angin duduk?
  6. Siapa saja yang mungkin terkena angin duduk?
  7. Dari mana asal angin duduk?
  8. Jika sudah kena angin duduk, bagaimana mengobatinya?
Itulah beberapa pertanyaan yang membuat dasir dan wong ntunjung bingung..Mohon yaa...
Terima kasih, aku berdoa semoga kita semua terhindar dari angin duduk...aminnnn

Friday, August 07, 2009

Kakakku....

Sahabatku yang dirahmati dan diberkahi Alloh SWT, apa kabarnya kalian hari ini?
Kabarku alhamdulillah baik dan semoga selalu baik. Aku juga berdoa semoga kalian juga begitu.

Hari ini hari yang bahagia bagiku, doaku yang sering kupanjatkan setiap hari dan setiap waktu kepada Ilahi terkabulkan. Kakakku, kakakku sobat (sebut aja kak Ida). Ia hari ini menikah. Hari ini ia dan pasangannya mengucapkan ijab dan qabul. Janji untuk menempuh hidup bersama telah mereka ikrarkan di hadapan penghulu.

Sahabat, kenapa aku harus membagikan kebahagiaan ini kepada kalian? Kenapa? Karena doaku untuknya telah aku panjatkan semenjak 7 tahun yang lalu. Secara pribadi kakakku selalu memohon kepadaku agar aku mendoakannya supaya diberikan jodoh yang terbaik. Dan hari ini diusianya yang telah menginjak kepala tiga ia melepas masa lajangnya.

Sahabatku, di desaku seorang perempuan yang menikah diusia kepala 3 adalah aib bagi diri dan keluarga. Padahal jodoh dan ajal adalah takdir Alloh yang telah tercatat di dalam kitab lauhul mahfudz. Namun, manusia seperti diriku dan yang lainnya hanya memandang dari sudut yang sempit.

Dulu sewaktu usianya 25 ia didahului kakakku yang lebih muda (sebut saja fani). Waktu itu ia beralasan ia belum siap. Tapi ia tidak marah dilangkahin. Sebab sebelumnya kak fani telah menunggu selama setahun supaya kak ida menikah lebih dulu. Tapi, jodoh yang ditunggu tak kunjung datang.
Waktu terus berjalan. Teman-teman seusianya sudah pada menikah. Ia jadi minder. Apalagi fisiknya yang mungil menambah rasa ketidakpercayaan dirinya.

Suatu ketika, datang seorang jejaka bersama orang tuanya. Ia hendak meminang kakakku. Setelah berbicara dari mata, mulut dan hati, akhirnya kakakku dan orangtuaku menyetujui dan menerima pinangan bujang tersebut. Mereka sepakat untuk membicarakan hari pernikahan pada pertemuan berikutnya.

Hari pertemuan berikutnya, sekitar 2 bulan berikutnya, merekapun datang. Tak ada hujan tak ada badai, ternyata pertemuan yang hanya diwakili oleh orang tua bujang itu hanyalah untuk membatalkan pinangan sebelumnya secara sepihak dan tanpa memberikan alasan yang jelas.

Harapan untuk mengakhiri masa lajangnyapun sirna. Ia bersedih dan menangis. Namun ia tetap tegar. Supaya ia dapat melupakan hal itu, kakakku yang laki-laki (panggil saja Romi) mencoba mengajaknya berdagang di Kebumen. Ia berdagang tahu. Selama di Kebumen, kak romi berusaha memperkenalkannya kepada pemuda-pemuda di sana yang menurut kak Romi baik. Siapa tahu ada yang cocok. Namun ternyata tak ada yang cocok menurut kak ida. Enam bulan ia jualan tahu di sana. Namun ia tak betah. Ia pun kembali ke Pekalongan. Kegiatannya menjadi buruh batik di lanjutkannya.
Jika sedang bosan ia mencoba ngebron *memberi corak emas pada batik* bareng tetanggaku di desa sebelah. Ia juga pindah kerja menjahit di konveksi karena bosan dengan ngebron.

Hari demi hari ia lalui dengan penuh sindiran dan pertanyaan dari tetangga. Kok belum nikah? Sudah ada jodohnya belum? Kapan nikah?
Berulang kali ia harus menjawab pertanyaan itu dengan sabar.
Bukan hanya dia yang terbebani dengan masalah itu, namun orang tuaku juga mengalami tekanan. Doa dan doa tak henti-hentinya kami panjatkan. Sembilan anggota keluarga yang terdiri dari kedua orang tuaku dan kami 7 bersaudara berusaha mensupport dan memotivasi kakakku dengan ucapan-ucapan yang diharapkan mampu memompa semangat bagi kak Ida agar optimis dan tabah dalam menjalani hidup.

Siang hari cerah. Matahari memancarkan sinarnya dengan benderang. Pintu rumah kami diketuk tamu. Ayahkupun membuka pintu. Seorang pria dengan perawakan kekar, agak hitam kulitnya dan berkumis. Ia adalah teman kakak iparku dari kak fani. Dari perkenalan namanya Rudi (bukan nama sesungguhnya). Ia hendak meminang kak ida ternyata. Kak Ida menemuinya. Setelah ditanya oleh om Rudi, apakah kak Ida bersedia menjadi istrinya, kak Ida tidak langsung menjawab 'ya'. Ia bermaksud meminta waktu dan mengetahui apakah lelaki ini benar-benar serius atau tidak. Om Rudi hanya datang sekali itu dan tak pernah datang lagi. Ternyata ia tak seserius yang diharapkan kakakku.

Lama, hampir 2 tahun tak ada lagi jejaka yang mencoba datang lagi untuk meminang kakakku.

Mungkin karena terlalu memikirkan hal itu ditambah dengan hal yang lain membuat kulit kepalanya mengelupas. Diikuti dengan rontok rambutnya, namun alhamdulillah tak sampai botak. Untuk mengobatinya ia menggunakan sampo 'betadine'. Tapi itu tak cukup menyembuhkannya.

Setahun setelah pernikahan kak Fani, Kakakku yang laki-laki adik kak Fani (kita panggil aja kak Roni) menikah. Ia melangkahi kak Ida. Pada saat kak Roni menikah kak Ida tak datang. Karena berlangsung di Kebumen dan ia memutuskan untuk tidak ikut bersama kami. Ia hendak menjaga rumah. Aku berprasangka ia tak ikut karena tak sanggup melihat adiknya menikah, sedang ia harus dilangkahi lagi. Mungkin ia takut merasa semakin tertekan. Atau yang lain, aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya.

Setahun berikutnya, kakakku yang no 7 (aku sering memanggilnya kak Ina) menerima pinangan dari jejaka. Ia tak berani melangkah ke pelaminan sebelum mendapat restu dari kak Ida. Enam bulan kak Ina menunggu, namun belum ada lelaki yang datang untuk meminang kak Ida. Akhirnya kak Ina dengan berat hati melangkah ke pelaminan. Dan kejadian itu semakin menambah beban kejiwaan kak Ida.

Kurang lebih enam bulan dari pernikahan kak Ina, datang pria yang agak kurus. Ia bermaksud ta'aruf kepada kakakku. Orang tuaku menyetujuinya, tapi semua kembali kepada kakakku. Berhubung usia kakakku semakin bertambah dan pengalaman yang sudah-sudah, ia langsung menerima pinangan dari lelaki itu. Pinangan resminya terjadi seminggu setelah iEdul Fitri dan insya Alloh pernikahan akan dilaksanakan pada Iedul Fitri selanjutnya.

Setahun bukanlah waktu yang lama. Namun untuk menunggu adalah sebuah pekerjaan yang menjengkelkan. Begitu pula yang terjadi pada kakakku. Dzulqo'dah berlalu. Dzulhijjah datang dengan qurbannya dan musim hajinya. Bulan Muharram menyusul dzilhijjah. Disusul kemudian bulan Shoffar. Tak lama kemudian Rabi'ul Awwal dengan Maulud Nabi datang menjelang. Akhirnya Rabi'ul Akhirpun datang beserta Jumadil Awwal diurutan selanjutnya. Biasanya sesudah Jumadil Awwal adalah Jumadil Akhir. Dan itu pasti. Rojab dan Sya'ban tiba di belakang Jumadil Akhir. Kalau di kampung sebulan sebellum pernikahan ada lamaran namun ini kok tidak muncul-muncul. Orang tuaku menanyakan kepada Lelaki itu, namun ia hanya menjawab nanti bulan puasa. Ternyata seusai puasa dan bahkan Syawal lagi telah berakhir pernikahan itu tak terlaksana. Orang tuku jengkel pada lelaki itu.

Lelaki itu katanya menanyakan pada orang tuanya bisanya akad nikah dilaksanakan tahun baru masehi. Namun lagi-lagi janji itu kosong. Setiap malam minggu lelaki itu tetap datang ke rumah.
Suatu saat, orang tuaku mengomel,"Jangan pernah datang lagi kesini jika belum ada lamaran!!!"
Lelaki itupun tak pernah datang lagi ke rumahku hingga bulan juni kemarin ia datang bersama orang tuanya untuk melamar. Dan tadi pagi benar-benar hari bersejarah itu tercatat dalam buku nikah dan KUA..

SELAMAT MENEMPUH BAHTERA KEHIDUPAN YANG BARU WAHAI KAKAKKU!

Semoga Alloh SWT menjadikan kalian menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah, duhai Kakakku! Bahagia fidunya wal akhiroh...
Semoga Alloh menganugerahkan keturunan yang sholeh dan sholehah serta berguna bagi Agama Islam, nusa bangsa dan masyarakat. Amiiin....

BARAKALLUHU LAKUM, WA BARAKALLAHU 'ALAIKA,WAJAMA'A BAINAKUMA FI KHOIIR....

Wednesday, August 05, 2009

SMS Itu....

Sahabatku yang insya Alloh di rohmati Alloh selalu...aku hadirkan sambungan cerita kemarin yang berjudul SMS Itu....Langsung saja ya...
Bagi yang ketinggalan, bisa baca arsip kemarin...

Maghrib telah berlalu. Sambil menunggu sesuatu yang tak tentu kapan datangnya, lebih baik aku makan malam dulu. Biarpun rasanya tak enak, namun harus kupaksakan. Karena tadi pagi hanya sedikit makanan yang masuk ke lambungku. Siangnya juga begitu. Ayam goreng dengan sambal terasi dan lalapan timun bagaikan makanan basi di mulutku. Tak ada rasa sama sekali. Entah asin, pedas, ataupun asam. Bahkan pahitpun berubah menjadi hambar.

Inikah rindu pada orang yang kukasihi dan kucintai

Padahal ia tak romantis, kalau cantik ya lumayan. Kalau baik, hanya sedikit. Ia jarang pulang kampung. Kalaupun pulang ia hanya sabentar menjengukku. Tak ada dalam hitungan jam. Bahkan untuk berlibur beersama ke perkebunan teh Pagilaranpun di daerah Batang tak dikabulkannya.

Ia orang yang mempunyai prinsip. Agama adalah segalanya baginya. Selama aku berpacaran dengannya 2 tahun, tak pernah aku bergandengan dengannya. Kami pergi berdua hanya 2 kali selama pacaran. Sekali ke Pasaraya Sri Ratu di Pekalongan dan sekali waktu ku diajaknya belanja kue untuk kakaknya di toko roti Purimas 3 di Jalan Raya Pekalongan-Pemalang. Itupun tanpa bergandengan. Perlu teman-teman ketahui, jangankan bergandengan tangan, salamanpun atau berjabat tanganpun kami tak pernah. Ia betul-betul menjaga kehormatannya. Semakin ia menghindar seperti itu, semakin aku mencintainya. *So sweet...suit..suiiit* Mulai deh ceritainnya rada kacau.*

Namun kadang pula ia mengungkapkan cintanya penuh romantis dengan puisi atau hadiah. Tapi bisa dihitung berapa kali ia melakukannya. Sebab sekali lagi ia berusaha menjaga hatinya dan perasaannya yang tunduk dan patuh pada sang Maha Pemberi Cinta. Dulu ia pernah melukaiku dengan berbohong kalau ia sedang jatuh hati pada seorang ikhwan. Tetapi lalu ia meminta maaf dengan mengungkapkan alasannnya berbohong. Katanya ia sedang konsentrasi untuk menghafal Alqur’an.

Disaat itulah aku semakin mencintainya, rasa cintaku kepadanya semakin mendalam. Sedalam samudera hindia, setinggi gunung himalaya dan seluas jagat raya.*Glubraaak...Gombal banget kang!*

”Teleleng...teleleng...”
”Teleleng...teleleng...”
”Teleleng...teleleng...”

Nada pesan sms hapeku berbunyi. Pukul 21.50 wib kulihat jarum jam menunjukkan. Aku berlari dari ruang tamu di mana aku sedang belajar menuju kamarku. Sampai-sampai lututku menubruk pojok meja hingga aku terjatuh.
”Aduuh...! Inna lillah...!” kata-kata itu muncul secara spontan dari mulutku.
”Wah..5 sms, dari siapa aja nih?” tanyakudalam hati.
”Ummi Masyitoh, alhamdulilah, terima kasih ya Alloh, ternyata Engkau mengabulkan doaku. Benar ya Allah dia membalas sms dariku meskipun terlambat satu hari lebih 2 jam 50 menit.” syukurku pada Maha Pemberi Cinta.

Kubuka layar hapeku dengan penu semangat. Tiba-tiba.......
”Yaa..mati lagi, batere hpku ngedrop lagi! Disaat bagini malah mati..!” kesalku.
”Dasar hape murahan!” gerutuku bertambah.
”Dik dina, tolong ambilkan charger hpku di atas televisi di ruang timur.!” pintaku pada adikku.
”Sebentar Kak!” teriaknya.
”Cepetan! lama banget sih..” teriakku.
”Iya..iya.., nih! Emang kenapa sih kok buru-buru begitu?” tanyanya.
”Rahasia!”
”Hayoo, dapat sms dari kak Ummi ya. Makanya beli donk hape yang baru biar tidak terus begini.” godanya.
”Ah, kamu apa-apaan sih. Sana-sana, terima kasih ya!”
”Iya..iya.. Hallo sayang kamu sedang apa?” dina menggodaku terus. Wajahku jadi merah.
”Udah cepetan pergi sana, sekali lagi terima kasih. Eh..eh..eh..”
”Ada apa lagi?” dina membalikan badannya yang sudah terlanjur jalan meniggalkan kamarku.
”Tolong tutup pintu kamarku!”
”Huuh, sudah dibantu, lalu ngusir, masih nyuruh lagi!” omel dina.
”eit..eit, ndak ikhlas ceritanya nih?”
”Ikhlas..ikhlas...!”

Dan bunyi sms itu adalah begini:
”Kau pasti kecewa ketika aku tak mengSMSmu walaupun hanya sekecil inti atom yang senang terbang ke mana ia suka ataupun mengikuti aliran listrik yang menyetrum orang gila yang menyentuh stop kontak karena tak pernah dikasih tahu bahayanya oleh ibunya, karena memang ibunya sendiri juga sama-sama gila.
Tapi tak mengapa, antum memang pantas untuk kecewa. Bahkan ketika aku dismspun aku tak segera menggerakkan jempolku yang besar melebihi huruf abjad di keypad untuk mengetik dan merangkai untaian kata penuh roman dan sajak penuh cinta kepada antum.
Karena memang semua terjadi secara terencana untuk membuktikan rasa cinta hamba kepada Sang Maha Pencinta. Dengan tetap menjaga hati untuk terus fokus dan taat pada apa yang dititahkannya melalui lisan utusannya yang mulia Rasulullah Muhammad Shollallahu ’Alaihi Wassalam. Sehingga sampai kepada hamba. Afwan tuk semua karena aku tak bisa terus mengabarkan dan menanyakan berita dari dan untuk Kakanda. Aku takut ketidakhalalan membuat kita terus bergelut dengan perasaan dan khayalan yang kalut jika dilanda rasa rindu yang carut marut sehingga membuat kita jadi cemberut seperti burung perkutut yang kena kentut bapak botak yang gendut. Terima kasih.Wassalamu’alaikum wr.wb.”

Dan kuketik balasan sms itu:
”Assalamu’alaikumwr.wb. Kalau aku boleh mengatakan isi hatiku sejujurnya akku memang kecewa. Karena panjenengan tidak mengsmsku dan tidak segera membalas sms dariku. Tapi dengan alasan tadi aku jadi paham dan antum mamang benar. Selama kita belum halal, aku akan berusaha menjaga hatiku dan perasaanku. Sekali afwan ya ukhti, dan Mohon doanya ya Ukhti semoga kakak saya bisa menikah tahun ini sehingga saya bisa meminang antum segera. Terima kasih. Jazakumullahu Khairan Katsiroo. Wassalamu’alaikum wr.wb.”

Sahabatku, sekian dulu kisah tak bermutu dari wong ntunjung. Semoga bisa diambil manfaatnya kalau ada. Kalau tidak ada ya...Salam sayang dan hangat saja dari dasir dan wong ntunjung....

Tuesday, August 04, 2009

SMS itu....

Sahabatku yang luar biasa..ijinkan aku untuk memposting kisah terbaruku....

Sudah 13 hari semenjak ia terakhir kali menghubungiku. Jangankan menelepon, SMS untuk menanyakan kabarpun ia tak sempat. Pukul 19.00 wib kucoba merangkai huurf demi huruf di keypad handpone J200i yang mulai terhapus. Kucoba mengSMSnya walaupun hanya sekedar basa-basi.

“Assalamu’alaikum wr.wb. 13 hari lamanya njenengan tak terdengar kabarnya. Memang seandainya kita menantikan sesuatu, waktu terasa begitu lambat. Af1 kalau SMS ku ini mengganggu njenengan. Pripun kabare njenengan? Sudah maem belum?”


Begitulah rangkaian huruf alphabet yang kutulis dan kukirim ke kekasihku. Beberapa saaat kemudian HPku bergetar. Kukira ia telah membalas SMSku. Namun harapan tinggal harapan, ternyata hanya laporan kalau SMS yang kukirim telah terkirim kepadanya. Semenit aku menunggu. Menit demi menitpun telah berubah menjadi satu jam. Namun HP ku hanya diam tak bergetar serta tak bergerak. Ia tetap duduk manis di atas bantal di samping aku yang tiduran sambil menunggu balasan dari seberang. Jam dinding terus berputar hingga jarum panjangnya menunjukkan waktu pukul 23.00 atau sebelas malam.


Mungkinkah ia marah padaku sehingga tak membalas SMS dariku? Ataukah Hpnya tertinggal di rumah sewaktu berangkat lembur kerja? Tetapi ia kan jarang lembur kalau malam senin. Atau ia telah tertidur? Tapi kan sms kukirim pukul 7 malam. Yang dapat dikategorikan masih sore.

Perlahan namun pasti kelopak mataku menutup seiring doa mau tidur yang telah usai kulantunkan. Jam satu aku terbangun, sambil tergagap aku meraih Hpku. Kuperhatikan layarnya. Sepi... tak terlihat tanda-tanda adanya sms yang masuk. Hanya ikon Indosat IM3 yang terlihat. Kupejamkan kembali mataku. Andaikan dari seberang tak ada kata-kata berupa sms yang terkirim, kuharapkan dalam mimpiku aku bisa bercakap-cakap dengannya.

”Astaghfirullahal Adhiim.......!”

Kutata dan kumanage hatiku yang mulai meninggalkan cangkangnya. Lelap dan lelap.
Nikmat Alloh swt yang manakah yang kau dustakan?
Tidur nyenyak merupakan karunia dari Ilahi yang tidak semua orang mendapatkannya.
”Kukuruyuuuuuukkkk.......!!!!”
Kokok ayam jago memecah keheningan malam. Buru-buru aku ke toilet, karena aku tak sanggup menahan air sisa saringan ginjal yang hari ini begitu lancar.
”Allahumma inni a’uudzubika minal khubutsi wal khobaaits.” doa sebelum masuk toilet kuucapkan.

Mungkin karena sedang musim penghujan sehingga kotoran jenis ini yang biasanya keluar juga lewat keringat kini tumpah ruah ke satu titik yaitu air kencingku.
Kusiram air kencing/seni tadi supaya tak menimbulkan aroma yang tak sedap.
”Alhamdulillahilladzii adzhaba ’annil adza wa ’aa faanii.” tak lupa kubaca doa sehabis dari toilet sebagaimana yang diajarkan Rasulullah sholallahu ’alaihi wa sallam. Aku berwudlu untuk sholat tahajjud.

Dengan khusyu’ aku mendirikan amalan sunnah tambahan yang mampu menghadirkan karunia Alloh ’Azza wa Jalla berlipat-lipat. Aku menangisi dosa-dosaku, kuadukan segala keluh dan kesahku kepadaNya. Termasuk hal kecil masalah kekasihku yang tak membalas smsku dari tadi sore. Disaat itu seolah-olah Alloh SWT begitu dekat padaku. Ia menyiramku dengan air embun dan salju, akupun sejuk dan damai dimalam yang sunyi itu.

Dalam keadaan seperti itu, aku merasa Alloh mengatakan padaku,Tenanglah dan bersabarlah wahai hambaku, andaikan ia tak membalas smsmu hari ini, ia pasti akan membalasnya nanti. Karena ia sedang mengatur segumpal daging merah di tubuhnya agar ketika ia membalas sms-mu yang ia katakan bukanlah nafsunya tapi sebuah nasihat dan perkataan penuh hikmah dan ibrah. Karena memang ia hamba yang mampu menjaga hati dan pandangannya dari hal-hal yang Aku tal perkenankan baginya untuk melakukannya.”

Dari sudut mataku terasa basah oleh air mata rasa tundukku pada Alloh yang aku rasakan begitu besarnya rahmat yang ia turunkan padaku malam ini.
”Alloohu Akbar....Alloohu Akbar.....Allohu Akbar...Alloohu Akbar.......”
Pak Rafli telah mengumandangkan adzan subuh dari Masjid Al-Muttaqin. Kubangkit dari sajadahku untuk menuju ke masjid guna mendirika sholat subuh berjamaah. Tak banyak jamaah yang hadir. Karena memang waktu subuh masih agak malam untuku bulan Januari ini atau memang mereka lebih memilih tidur daripada solat. Hanya sebaris jamaah pria dan setengah baris jamaah wanita. Padahal telatnya seorang hamba sholat subuh merupakan salah satu sifat kemunafikan yang harus dibuang jauh-jauh.

Sehabis sholat subuh aku berdzikir sebentar lalu pulang ke rumah yang lumayan dekat dengan masjid. Sesampai di rumah aku langsung membuka HandPhone. Entah dorongan setan apa yang membuatku ingin bergegas mengetahui apakah ia telah membalas smsku atau belum? Namun lagi-lagi yang ada hanyalah ikon Indosat dengan IM3-nya.

Aku agak kecewa, kulempar Hpku ke sofa sambil mengeluarkan kata-kata yang agak keras,”Sebenarnya ia masih mencintaiku atau tidak sih? Sudah tak pernah kasih kabar dan juga tak pernah menanyakan kabarku, kini sudah kupancing, masih saja ia diam seribu satu bahasa! Paling berapa sih biaya untuk sms, wong cuman Rp 350,-. Jika aku yang tak bekerja saja mau sms, masa ia yang sudah bekerja, malas banget untuk sms. Pelit banget sih!! Hari ini hari senin, banyak sms dan telepon yang masuk silih berganti. Tapi semuanya tak ada yang mampu untuk membuatku bersemangat menjalani hari ini. Karena yang ku tunggu-tunggu tak muncul juga.”

Pagi. Siang. Sore. Hingga semburat jingga di petala langit di ufuk barat sana telah lenyap namun ia tak menghubungiku juga.

Bersambung esok hari..insya Alloh jika masih ada umur dan kesempatan..

Sunday, August 02, 2009

StofMAP

Assalamu'alaikum wr.wb.
Aku sebenarnya malu untuk memposting cerita pendek. Apa sebab? Sebab apa?
"Mulai deh ngikut kang zul..!"
Sebab memang belum diketik cerpennya dan baru coretan di atas kertas. Jadi mohon maaf kalau ada yang terpaksa menunggu.GR banget saya..hehehe

Setelah Honda meluncurkan Vario terbaru dengan embel-embel Techno dibelakangnya, mari kita flash back ke belakang.
Ngapain ke belakang mau pipis. Kan udah numpang pipis di rumahnya kangboed.
Ndeso emang wong ntunjung itu, flashback itu artinya kembali ke masa lalu. Aku ingin mengajak sahabatku semua menuju lorong waktu di tahun 2002.

Oke oka oke oka oke oka..
"Oki co'e mas..!"
OOKKEE kita lanjutkan
Begini ceritanipun..eh..eh..eh..eh..
"kenapa lagi..?"
"Agak lupa!"
Tahun 2002 dibulan juli, ada SMU (Sekolah Menengah Umum) di Salatiga yang menjual stofmap seharga rung ewu limang atus rupiah (Rp 2500).
Salah tiga? Betul semua kok..dan Buat apa mereka jualan stofmap?
Mereka menjual stofmap itu kepada calon siswa smu baru yang mendaptar. Sekedar inpornasi..*sok kecletut kowe yo ilate, mangke nek keseleo beneran tak syukuri sampeyan.*
Sekedar informasi, harga normal stofmap di toko adalah Rp 100/lembar. Gila ga tuh SMU..?*Enggak!*
Memang ga gila smunya, yang rakus orangnya..betul kan?*Betul 100!*
Jadi itu smu benar-benar menjalankan hukum ekonomi dengan tepat.
"Modal sekecil-kecilnya, Untung sebenar-benarnya."
Weleh kecletut beneran kan? Yang bener itu,"Modal sekecil-kecilnya, untung sebesar-besarnya."
Tepuk tangan untuk sahabatku wong ntunjung!
Apa bedanya stofmap yang di toko dengan stofmap yang dijual di SMU?
Sebenarnya tidak ada bedanya, hanya di stofmap yang dijual pihak smu?
Pada kopernya ditulisi beberapa persyaratan setiap calon siswa-siswi yang akan masuk ke SMU negeri bersangkutan.

"Padahal, saya sudah membeli di toko. Karena tak boleh menggunakan stofmap yang beli sendiri, maka dengan terpaksa harus beli disini. Daripada ditolak, ya mending membeli saja," kata seorang ibu PNS yang mengantarkan anaknya mendaftar di sebuah smu negeri. Sayang ibu itu tidak mau memberitahukan namanya, alamatnya, dan nomer teleponnya kepada ananda dasir. Sehingga dasir dan wong ntunjung penasaran,,wakakakakak..huszz tertawanya yang sopan, lebih baik senyum saja.

Padahal berdasarkan surat edaran kepala dinas pendidikan Salatiga nomer 422.1 gareng 1279 tanggal 6 juni 2002 tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Siswa Baru TP 2002/03 Biaya pendaftaran PSB hanya rp 2000 dan limangewu per siswa. Biaya rungewu rupiah tersebut berlaku untuk pelajar salatiga dan limangewu (5000) untuk luar salatiga.
"Biaya tersebut a.l untuk operasional pendaftaran seperti blangko, penataan tempat, penyediaan ATK (anak taman kanak-kanak), hingga konsumsi petugas pendaptar. Kalau ada yang lebih tinggi lagi, akan saya beri sanksi,"tandas Bakri.
Siapa bakri???

Lha mbok yao kalo posting itu yang bener..belum kelar dah dikelarin..
Sahabat super, tolong bantu wong ntunjung mencari tahu siapa bakri..

Friday, July 31, 2009

Mutiara di Ujung Pelupuk Mata

Ini cerita lnjutan nyang kemarin, kemarinnya lagi dan kemarinnya lagi sobat.
Jadi bagi yang bingung mohon tengok sebentar postingan sebelumnya,,,,

Usia kandungan Ainah pun telah menginjak 9 bulan 6 hari 5 jam 4 menit 23 detik. Pagi itu pukul 7 pagi hari Rabu tanggal 29 Januari 2003 perut Ainah terasa sakit. Sedang Qorob masih ber-dagang. Ia lari ke toilet. Namun di toilet, tak ada sesuatu yang mau keluar dari lubang belakangnya. Rasa sakitnya bertambah hingga pukul 9, namun suaminya juga belum pulang. Karena hp belum punya, ia tak bisa menghubungi suaminya dan ia coba mengurangi rasa sakit perutnya tersebut dengan tiduran di kasur.
“Alhamdulillah agak mendingan,” ujarnya sendiri. Ia terlelap tidur.
Begitu mendengar suara motor Supra X ia terbangun. Dilihatnya jam telah menunjukkan pukul 10 pagi. Artinya sudah 3 jam ia merasa sakit. Tapi yang 1 jam ia bawa rasa sakitnya sambil bermimpi ke alam tak sadar. Begitu mau bangun.
“Aduhhh.....ya Allahhh......Masss....SAKITttt....ya Allah....,” Ainah mengaduh.
Suaminya yang mendengar geraman istrinya langsung terbang setelah memasang standard tengah Supra X-nya. Keranjang tempe di jok belakang juga belum sempat ia turunkan. Jaket bertuliskan HONDA berlambang sayap tinggal sebelah tapi tak tahu yang sebelah putus ke mana sehingga tak bisa terbang dan jaket tersebut merupakan hadiah dari dealer tempat ia membeli motor juga belum dibukanya dari badan bau keringat itu.
“Kenapa istriku...?”
“Sakit mas...!!! Sepertinya si kecil pingin keluar!”
“Mus!!! Tolong turunkan keranjang dari motor!!! Aku mau pakai untuk mengantar Mbak Ainah ke dokter, cepat ya!!! Mus, sekalian tolong bilang ke Ibunya Ainah kami ke RS “Sapto Handono” ya, terima kasih!! Kontak motor mana ya Mus?!” ia minta kepada karyawannya sambil bereskan perlengkapan seadanya. “Tadi di atas lemari samping tv saya lihat Mas Qorob melemparnya ke situ.”
“Jaga rumah dan nanti tempenya di bikin sendiri karena aku tak bisa membantu, kalau kerepotan minta Adul untuk membantumu ya!!”
“Ya Mas!”
Kontak dipasang pada pada lubang kunci motor. Stater dinyalakan dan gas diputar. Suara motor bebek berplat nomor polisi AA 4724 BM itu meraung-raung.
“Istriku, pegangan yang kuat ya dan tahan rasa sakitmu itu barang sebentar!!” pinta Qorob.
“Iya suamiku. Auh...ya Allah...cepat suamiku aku sudah tak tahan lagi..!!!!”
Supra X bervelg jeruji digeberrrr!! Gigi dimasukkan, Jegluggg! Roda 2 tanpa genjotan bergigi 4 tapi tak tampak seperti gigi manusia dengan rem cakram depan dan rem tromol di roda belakang itu melaju di jalan aspal Prembun. Ia melaju dengan kecepatan yang cukup cepat tapi juga hati-hati. Sepuluh menit kemudian sampailah Qorob di Rumah Sakit ‘Sapto Handono’.
“Suster tolong istri saya, sepertinya ia mau melahirkan!!”
“Ia pak, akan saya urus istri Bapak. Bapak tenang saja insya Allah istri dan anak bapak akan sela-mat, bapak sambil menunggu proses kelahiran tolong urus administrasinya ya,” suster cantik berkerudung itu menenangkan Qorob dan meminta dengan ramah.
“Suster, tapi saya ingin menemani istri saya melahirkan apakah boleh, Sus?”
“Ya udah kalau bapak maunya seperti itu silakan! Tapi jangan berisik!”
Ainah dibawa ke ruang persalinan dengan kereta tempat tidur. Di ruang itu dokter kandungan wanita berusia kurang lebih 40 tahun siap menangani. Baskom berisi air hangat telah disediakan untuk mencuci tangan dan guna memandikan si kecil jika telah keluar dari rahim. Kedua tangan dokter dibungkus sarung tangan karet.
“Bu Ainah, tarik napas lalu dorong kuat-kuat ya!”
“Ya dok!”
“Tarik napas..dorong bu..dorong bu yang kuat!!!!..tarik napas..ayo dorong bu..yang lebih kuat!!”
“Ayo istriku...!” Qorob memberi semangat di samping Ainah.
“Ayo bu, kepalanya sudah mulai keluar....tarik napas dalam-dalam........dorong........ayo dorong....”
”OOOOeeeeeekkkkkKKK...............oek..oek...oo...oo....oekkk...”

Persalinan berjalan lancar. Suara jabang bayi pil perempuan telah lahir ke dunia dengan selamat dari rahim Ainah. Ia memiliki berat badan 3.3 kg dan panjang 50 cm. Tangisannya menggema di ruangan itu persis seperti suara Supra X jika digeber Qorob ketika hendak berdagang tempe. Bayi dibersihkan olah suster lalu diselimuti dengan selimut hangat membentuk lemper ayam sehingga yang terlihat tinggal wajah si cantik mungil. Setelah selesai dimandikan diserahkannya bayi itu kepada Qorob untuk didengarkan di telinga bayi itu.
“Selamat ya Pak bayinya perempuan, semoga menjadi putri yang cantik jelita dan sholihah serta berbakti kepada orang tua, agama Islam, masyarakat, bangsa dan negara. Amin.”
“Terima kasih, Suster. Terima kasih, Dokter.”
“Sama-sama Pak. Tolong administrasinya segera diurus ya Pak!”
“Iya dok! Ya Allah terima kasih. Engkau telah menganugerahkan amanah seorang bayi perempuan pada kami. Terima kasih ya Allah Engkau juga telah menabahkan hati kami dan memberikan kesa-baran kepada kami hingga bayi yang hidup dengan menggantungkan pil sebagai makanannya selama 7 bulan ini lahir ke alam dunia dengan selamat dan sempurna,” doanya di hati, tiba-tiba ia kaget oleh panggilan istriku. “Mas, bawa ke sini putri kecilku!” mohon Ainah yang sudah bersih karena dibantu oleh suster membersihkan diri dan berganti pakaian yang berlumur darah nifas.
“Sebentar, Istriku. Sekalian kasih ASI ya istriku anak pil kita yang baru lahir ini, ini silakan istriku! Aku keluar dulu sebentar untuk urus administrasi.”
“Jangan lama-lama ya!”
Sambil menunggu qorob, Ainah menyusui gadis mungil yang hidup di janin dari pil-pil yang besar berdiameter 1 cm dan kapsul vitamin yang diminum Ainah setiap hari masing-masing 5 biji dan berharga mahal. Sesaat kemudian Qorob datang.
“Istriku..!! Akan kita kasih nama siapa putri kecil pil ini?”
“Bagaimana kalau Amanda?”
“Terlalu pendek, anak jaman sekarang itu namanya panjang-panjang!”
“Terus siapa dong?”
“Kita telepon ibu dulu ya?”
“Tak usah lah, yang penting kita kasih tahu mereka kalau si putri telah lahir dengan selamat. Untuk namanya aku ingin yang kasih nama, akan kukasih nama bayi pil ini dengan nama ‘IKHLASUL AMALIA’, bagaimana suamiku?”
“Kenapa engkau beri nama seperti itu?”
Karena aku berpikir anak ini ada memang karena Allah dan bisa hadir di dunia karena ikhtiar kita bolak-balik ke dokter setiap hari senin dan rabu selama ini insya Allah ikhlas juga karena Allah sehingga Allah mengizinkan kita untuk melihat hasil usaha kita selama 9 bulan dan kita mera-watnya insya Allah ikhlas hingga ajal menjemput kita, bukan begitu wahai suamiku?” ia menjelaskan semua itu dengan tetesan mutiara di ujung pelupuk matanya.
“Kamu betul istriku, aku setuju dengan nama itu. Mari sujud syukur atas anugerah ini.”
“Istriku...! Kita juga harus berterima kasih pada seseorang walaupun sebenarnya bukan orang, karena ia telah berjasa pada kita selama ini dalam menjemput rizki dari Allah!”
“Siapa suamiku?”
Ia membisikkan sesuatu kepada istrinya dan meminta istrinya untuk mengucapkan ucapan terima kasih itu bersama-sama Qorob pada hitungan ketiga.
“Oke suamiku!”
“1.....2.....3.....TERIMA KASIH HONDA !!......”
Alhamdulillah tamat juga saudara/i ku, terima kasih atas kunjungan dan apresiasi kalian terhadap cerita wong ntunjung ini.
Cerita ini pernah diikutkan dalam Honda Writing Kompetition namun sayang belum menang alias belum mendapatkan juara..
Mohon doanya semoga tidak berhenti sampai disini wong ntunjung menulis cerita2 penuh hikmah yang bisa saya dan sahabat semua ambil hikmahnya......

Related Post

Related Posts with Thumbnails