Wednesday, November 11, 2009

Tiang Rani

Rani menggoreskan ballpoint birunya di tiang bambu rumahnya. Tidak seperti biasanya, malam itu Ibunya masuk kamarnya tanpa ketuk pintu terlebih dahulu.
"Rani! Apa yang kau lakukan? Jangan kau coret-coret tiang rumah!" bentak ibunya yang memergoki Rani.

"Enggak Bunda. Rani cuma.." jawab Rani ketakutan.
Sambil mengambil peralatan tulis Rani, tangan kiri Ibunya menjewer telinga Rani.

"Ibu sering melihatmu melakukan ini beberapa kali. Jadi, Ibu akan menghukummu kali ini. Kamu tidak boleh ke sekolah 3 hari. Dan peralatan tulis ini, Ibu sita sampai hari ketiga! Paham."
"Bunda, jangan hukum Rani untuk tidak boleh sekolah. Rani pingin pintar Bunda." rengek Rani memohon.
Ibunya malah membentak.
"Jatah ballpoint dan buku kamu kan sebulan cuma satu. Kalau digunakan buat corat-coret nanti habis di tengah bulan, siapa yang mau belikan? Hah..!"
Rani terdiam tak berani melawan. Ia hanya membayangkan jika Ayahandanya masih di sini, ia bisa minta dibelikan buku dan ballpoint. Dan peralatan tulis itu bisa ia gunakan untuk menyalurkan hobi menulisnya.

Hari pertama ia tak sekolah, ia membantu ibunya membuat jajan pasar. Pas Ibunya ke pasar, ia mencoba mencari buku tulis dan ballpointnya. Namun tak ketemu juga.

Di sekolah, teman-temannya heran. Kenapa sekretarisnya tak masuk? Dan tidak mengabari pula. Akhirnya yang mencatat di papan tulis tadi sang ketua. Mana tulisannya kecil-kecil lagi, yang duduk di belakang pada teriak-teriak jadinya.
Sepulang sekolah mereka menjenguk Rani. Tapi ibu Rani melarangnya.

Demi mengetahui keadaan Rani, Roni dkk sembunyi-sembunyi selepas maghrib. Mereka menuju kamar Rani. Dari balik pagar mereka memanggil Rani.
"Ran.. Rani!" panggil Roni berbisik.
"Siapa itu?" tanya Rani berbisik pula.
"Ini Roni ketua kelas. Kenapa tadi pagi tidak sekolah?" Roni coba mengorek info.
"Bundaku melarang sekolah sebagai hukuman karena aku corat-coret tiang rumah," jelas Rani.
"Oh gitu, pantesan tadi sore kami dilarang menemui Rani. Oke besok Roni sampaikan ke Pak Guru. Biar beliau yang menyelesaikan. Kami pulang dulu, takut ketahuan."
"Jangan Ron!"
Roni tak membalas, karena sudah lari bareng teman-temannya.

Yang menyahut malah Ibunya.
"Jangan apa Ran?" tanya Ibunya
"Tidak apa-apa Bunda." jawab Rani ketakutan. Ia masih trauma dengan jeweran kemarin.
"Ya sudah, tidur sekarang. Pagi jam 3.30 nanti Bunda bangunkan untuk bantu Bunda!" pinta Bundanya.

Rani pun menuruti perintah Bundanya. Ia cuci muka dan kaki sekaligus berwudlu untuk sholat Isya terlebih dahulu sebelum tidur. Selepas sholat Isya ia membaringkan tubuhnya untuk istirahat. Namun matanya tak bisa dipejamkan. Ia kangen sekali ingin menulis di tiang itu. Tapi peralatan tulisnya disita Bundanya.
Dengan terpaksa Rani pun memejamkan matanya. Nyenyakpun menghinggapi balutan tidur Rani.

Pukul 3.30 pagi Ibu Rani masuk kamar untuk membangunkan Rani. Tak lekas ia membangunkan anak tunggalnya itu.

Iseng-iseng ia membuka tabir yang menutupi tiang kamar putrinya. Selama ini ia hanya menegur dan memarahi putrinya jika mendapati Rani sedang mencoret tiang itu.

Putri kecil hasil hubungan dengan suami yang telah meninggalkan mereka itu masih tertidur pulas. Dan Ia pun mulai membaca goresan tangan kecil anaknya.

"Hari ini Bunda memarahiku. Itu terjadi karena kesalahanku. Aku yakin marahnya bukan karena ia benci padaku, tapi tanda perhatian dan sayangnya padaku. Ia berkali-kali mengatakan bahwa ayah telah tiada. Namun ternyata ayahku pergi meninggalkan kami. Ia menikah lagi dengan wanita lain. Aku salut pada Bundaku, ia bekerja membanting tulang demi aku. Ia selalu membelikanku peralatan tulis setiap tanggal 5. Dan hari itu adalah hari yang kutunggu setiap bulan. Meskipun aku hanya mendapatkan 1 buku dan 1 ballpoint setiap bulan, namun dengan ballpoint itu aku bisa menulis di tiang ini. Menuntaskan rasa sayangku padanya dan rasa syukurku pada Ilahi yang menganugerahkan seorang ibu yang baik sepertia dia. Ya Alloh berikanlah kesehatan kepada Bundaku, ampunilah dosanya dan maafkanlah segalanya. Sungguh aku ingin menyampaikan ini kepada Bunda, tapi aku tak berani.
"Bunda, Aku Sayang Bunda."
"Ayah..."


Hanyut ia dalam goresan Rani. Tak terasa pipinya basah oleh air mata. Namun ia heran dengan tulisan paling terakhir. Kenapa tak diselesaikan?
Rani terbangun.

"Bunda.. Kenapa Bunda menangis?" tanya Rani polos.

Dipeluknya Rani erat-erat.
"Nak, maafkan Bunda ya. Malam ini, kau tidurlah. Esok kau boleh sekolah. Dan sebarkanlah cinta dengan tulisanmu, Nak. Maafkan Bundamu ini yang tidak bisa membantu mengembangkan hobimu. Bunda sayang sama Rani." ucap Ibunya.

"Rani juga sayang Bunda. Rani harusnya yang meminta maaf Bunda, karena selalu membuat Bunda susah. Terima kasih ya Bunda atas semuanya. Sungguh Rani sayang Bunda." balas Rani.

Salam Hangat Tuk Sahabatku Semua


Artikel ini diikutsertakan dalam kontes menulis yang diadakan oleh Indonesia Menulis yang diSponsori oleh:
01. Sawa Sanganam
02. Mbak Diah
03. Bujang Rimbo
04. Ahmad Sofwan
05. WP Template Gratis
06. Khairuddin Syah
07. Reseller Indobilling
08. Ardy Pratama
09. Hangga Nuarta
10. Abdul Cholik
11. Herman Yudiono
12. Aldy M Aripin

79 comments:

  1. membabat pertamaaaaax dulu, pagi kang dasir :-D

    ReplyDelete
  2. membabat premiuuuum, hayu kita olahraga kang biar badan seger :-D

    ReplyDelete
  3. cerita yang ringan tapi bagiku sangat menyentuh, begitu sayang dan pengertiannya rani thd bundanya.., salut untuk rani

    ReplyDelete
  4. @yangputri
    Pagi yang.. Makasih atas apresiasinya.. Salam

    ReplyDelete
  5. Mengharukan, Ranie adalah gambaran anak yang dinanti oleh banyak Ibu :) *tapi bukan nasibnya :)

    Salam :)

    ReplyDelete
  6. sediiiiiiiiiiiih Q membacanya

    teringat orang tua Q

    ReplyDelete
  7. vote !

    keren banget tulisannya. bikin kuduk merinding :)

    ReplyDelete
  8. bagus banget ceritanya, hobi menulis memang harus disalurkan, biar bakat tidak terpendam saja.
    semangat buat menulis, dan kreatif..
    salam sukses selalu..
    Cara Membuat Blog

    ReplyDelete
  9. @aribicara
    terima kasih ats sanjungannya..aduh celananya melorot hihhihi..:}
    @sibaho way
    terima kasih mas..salam
    @cara membuat blog
    Salam sukses mas...terima kasih atas supportnya..
    @ihsan
    jangan sedih mas..hanya menyalurkan cerita kok..salam

    ReplyDelete
  10. SALAM SOBAT
    ARTIKEL MENARIK
    ya kalau ibu memarahi itu tandanya sayang,,karena selalu memperhatikan anaknya.
    berbahagialah jangan sedih,,,

    ReplyDelete
  11. @dias
    silakan dinikmati sob..salam
    @nura
    terima kasih atas kunjungan dan supprotnya mbak..salam

    ReplyDelete
  12. baca ctulisan yang tebal bikin merinding dan air mata pada demo pingi keluar .....

    Salam Sukses Selalu

    ReplyDelete
  13. Tulisannya,,bagus
    Mantap
    Semoga dapat penghargaan..
    Sukses deh

    ReplyDelete
  14. @abula
    Ada tho kang demo air mata, aku malah pas ngetiknya mereka ngetok pintu nya kenceng bgt. Kebelet katanya.. Hahaha. Salam
    @dadang
    Terima kasih pak, amin. Salam
    @nyubi
    Bukan atuh sob.. Itu mah suka gangguin suami orang.. Hahaha.. Salam

    ReplyDelete
  15. waaahhhh aq jadi terhanyut, tapi sayangnya aq bingung baca ketika ada kata-kata rani dan roni.... hehehehe ^^

    ReplyDelete
  16. terharu saya.
    Semoga tulisan ini menjadi pemenangnya.
    Salam sukses selalu :)

    ReplyDelete
  17. untung bundanya segera sadar ya. kasihan Rani kalo gak boleh sekolah

    ReplyDelete
  18. Menarikkk,
    sukses terus...
    kunjungan siang,
    salam suksesssss

    ReplyDelete
  19. Ikutan kompetisi menulis itu ya? Saya [memutuskan untuk] tidak ikut, karena saya lihat isi blognya Review Poker melulu... CMIIW

    Btw, semoga menang ya....

    ReplyDelete
  20. @arkasala
    Amin..makasih pak ya..
    @dedekusn
    Aku ikut terharu kang.. Malam kang.
    @vie_three
    Roni dan Rani memang pasangan dr skenario vit, kalo ku rubah diomelin wong tunjung. Hahaha
    @isnuansa
    Aku g tahu maksudnya teh.. Yang penting nulisnya.. Hehe salam
    @sang cerpenis bercerita
    Cuba g sadar berarti pingsan ya mbak.. Salam

    ReplyDelete
  21. wakh aku bacanya jadi terpaku...hebad buanget tulisannya

    ReplyDelete
  22. @jr
    Ah hanya nulis seadanya mas.. Makash atas apresiasinya.. Salam

    ReplyDelete
  23. Rani.. kirain yang rame di tipi.. eh ternyata bukan
    pasti Bunda sayang n bangga ama Rani yaa

    ReplyDelete
  24. @elmoudy
    Saya juga bangga ama elmoudy.. Salam

    ReplyDelete
  25. Saya org yg gampang terharu..
    tapi sdh malu untuk menangis..
    hanya ber kaca kaca..

    Tulisan mengalir lugu
    tapi luar biasa !!

    salam.

    ReplyDelete
  26. @embun777
    Kacanya bening kang ya?
    @berry devanda
    Malam mas.. Amin.. Salam

    ReplyDelete
  27. uhuuu..rani yang malang. bukan papa...kalo baca cerita sedih, aku suka menempatkan diri jadi sosok melaankolisnya....sukses ya mas dasir, salam sayang dari bandung selatan

    ReplyDelete
  28. @aprie
    Rani juliani tdk suka nulis dia sukanya nangis. Hahahaha..
    @desri susilawani
    Kalo musuhnya yg sdh, teh Desri ttp sdh dunk.. Hihi salam

    ReplyDelete
  29. duh, so touching... (ngelap tetesan aer mata pake ujung baju MODE ON...)

    ReplyDelete
  30. @funky fun t-mimi alegra
    Bener nih cucah ngetik namanya. Ada tisu juga neh.. Mau?

    ReplyDelete
  31. sifat seperti Rani yg didambakan ortu terhadap anak2nya, namun bundanya Rani juga tak bisaterlalu disalahkan, mungkin dgn banting tulang menafkahi keluarga, jadi kurang peka pd keinginan anaknya.
    sebuah cerita yg mengharukan sekaligus sebagai cerminan untuk para ibu.
    semoga bisa memenangi kontes ini ya Mas.
    salam.

    ReplyDelete
  32. @bundadontworry
    terima kasih bunda..salam

    ReplyDelete
  33. @alamendah
    Ya begitu kang, sambil menulis postingan sekaligus berkompetisi.
    Trmksh. Salam:-)

    ReplyDelete
  34. Buagus bngt Mas dasir. Tulisannya sangat pas buat lomba, semoga kemenangan ini menjadi milik kita bersama, amin.

    Btw, blog penyelenggaranya 'kuning' maksudnya gimana Mas?

    ReplyDelete
  35. @kang sugeng
    Isinya poker, sex, dkk-nya kang sugeng. Coba cek saja kang. Salam

    ReplyDelete
  36. tulisan yang bagus. Semoga menang di kontesnya :)

    ReplyDelete
  37. selamat ya om, semoga menang JR doakan.....

    ReplyDelete
  38. gimana? dah ada kabar belum...? lama juga teteh ga sempet main ke sini ya...

    ReplyDelete
  39. @arkasala: amiin...
    @suwung: dia hanya makhluk impiannya antasari kang...
    @jr: amiiin..
    @desri: belum nanti januari teh..makasih ya ats dukungan sahabat semua...salam

    ReplyDelete
  40. semoga menang. mudik kemana? gak punya kampung halaman nih.hiks

    ReplyDelete
  41. @sang cerpenis bercerita: mudik ke pekalongan mb, natal di jakarta donk mb?

    ReplyDelete
  42. mbok sekali kali si rani ngisi blog diriku ya

    ReplyDelete
  43. bagus sekali ceritanya bro
    layak menang
    salam untuk rani
    jadilah anak yang berbakti kepada orang tua

    ReplyDelete
  44. Mantaps Rani....
    Eh,,,kok Rani?
    Mantaps bang...
    Sukses ya...
    :)

    ReplyDelete
  45. wah cerita yang penuh arti kehidupan. hmm jadi pengen ikutan nulis nih hehe salam dingin2 hangat panas mas sampai jumpa di posting berkutnya

    ReplyDelete
  46. @udienroy: ayo menulis!
    @attaya: amin
    @pencerah: salam
    @humorbendol: alhamdulilah kalo mantap
    @suwung: nulis apa kang?

    ReplyDelete
  47. Goresan tangan si Rani bagus bro...
    hehe...jadi pengen punya putri kayak Rani nih...

    ReplyDelete
  48. @humorbendol: Kesini terus ya kang..maaf ya..salam, semoga mendapatklan keturunan seperti rani...

    ReplyDelete
  49. Menyentuh sekali, Mas Dasir. Pada kedalaman nurani. Saya doakan menang... :)

    ReplyDelete
  50. Beruntung Rani sangat baik dan selalu positif thingking. Sehingga tidak terjadi konflik batin yang terlalu lama terpendam dalam jiwa.

    Sementara diluar sana masih banyak Rani-Rani lain yang mudah negatif thinking pada ibunya. Ini PR buat guru termasuk saya.

    Semoga sukses.

    ReplyDelete
  51. @puspita: trmksh atas knjgn, dukungan dan kmntry bunda..salam

    ReplyDelete
  52. Terhanyut dengan ceritanya...
    Kadang orang tua tak berusaha melihat lebih kedalam, menunggu sedikit untuk bisa memahami garis besarnya.
    Cantik tulisannya.. walopun agak berkerut.. adakah yg melarang anaknya sekolah sbg hukuman ya...

    salam, EKA

    ReplyDelete
  53. @eka: ada kak, ya di cerita ini. Makash ya atas dukungan dan knjgn srta komentarnya. Salam

    ReplyDelete
  54. @tukangpoto:amin..makasih pak ya..salam

    ReplyDelete
  55. ehm..ehm... ikutan kontes mas...? semoga menang dengan kisah rani-nya ya..

    *eh kata2 lanjutan setelah 'ayah' apa ya..

    ReplyDelete
  56. Postingan menjelang Hari Ibu, bagus sekali meski menyimaknya diwaktu yang sudah terlewati, sip.
    Salam hangat!

    ReplyDelete
  57. @kidungjingga: apa ya?aku belum ngarang..
    @kips: ini sudah sebulan yang lalu..

    ReplyDelete
  58. buat saya ini bukan hanya sekedar sebuah cerita dan tulisan Kang ini adalah bukti nyata bahwasanya hanya seorang Ibu yang rela mati demi anaknya dan untuk kisah rani, itupun pernah saya alami kang dimana Ibu saya membanting tulang demi kami dan ayah ? sama persis dengan kisah ini

    *Jikalau aku mampu bernafas itu semua berkat Ibu
    Bilamana aku bisa seperti sekarang semua tak lepas dari peran Ibu
    Dan Jika hari ini aku bisa menulis, semua berkat kemuliaan Ibu..*

    sedikit goresan sajak untuk Ibu

    -salam-

    ReplyDelete
  59. @hariez: gemetar aku membc komentarmu riez, Smg Alloh senantiasa memberikan keberkahan utk hariez sekeluarga. Salam

    ReplyDelete
  60. menyambung cerita hariez.. kalo aku gmn mama bekerja keras setelah peninggalan papa :(

    dan sekarang aku yang sedang berjuang membalas kebaikan mama :(

    ReplyDelete
  61. @h: trmksh sob atas kunjungan dan komennya. Salam

    ReplyDelete
  62. salam sahabat malam-malam menyapa Kang Dasier, apa kabar Kang ?

    selamat malam & selamat beristirahat

    -salam sayang-

    ReplyDelete
  63. @hariez: malam riez, alhmdlh sht, km gmn? Sht jg kahn..salam hangat selalu

    ReplyDelete
  64. rani yang baiiiikkkkk.....

    semoga beruntung dan menang dalam kontes ini sob

    ReplyDelete
  65. Alhamdulillah bisa berkunjung kembali.
    Tapi kok sama ya belum update :-D

    ReplyDelete

Sahabat katakan sesuatu untuk dasir..perkataanmu kan memotivasiku untuk terus berkarya...

Related Post

Related Posts with Thumbnails