Wednesday, June 17, 2009

Gurindam Ibnu Thoha

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin rasa syukur dan terima kasih kupanjatkan kehadirat Maha Pengatur bintang dan angkasa sehingga tiada bertubrukan antara si cantik bulan purnama dan si genit bintang kejora yang senantiasa menger-lipkan matanya untuk menggoda siapapun yang melihat dan meliriknya.

Beribu shalawat diiringi salam penuh hormat dan tunduk akan sunnahnya bagi Rasulullah SAW yang menurun-kan budi pekertinya sebagai teladan bagi umatnya yang sekarang banyak tak menghiraukan peringatan Beliau supaya senantiasa berpegang teguh terhadap si buku mulia Al Qur’anul Karim beserta catatan penuh hikmah yang pengum-pulannya penuh pengorbanan harta, jiwa, raga dan waktu dari para ulama tabiin dan tabiit tabiin, Hadits. Semoga kita di hari akhir nanti memperoleh syafaatnya. Amiin

Dengan hati tawadhu’ kuungkapkan rasa syukurku kepada Tuhanku, Allah Azza wa Jalla karena dengan qadrat dan iradat-Nya coretan konyol inipun akhirnya selesai tepat bersamaan 5 tahun dari peristiwa tak bermutu ini terjadi. Kuberharap dalam tulisan ini Allah menganugerahkan keis-tiqamahan kepadaku sehingga kejadian ini tak pernah terulang lagi hingga ajal menjemputku untuk bertemu Sang Maha Diraja, Allah SWT.

Ucapan terima kasih ku ucapkan dan ku haturkan pada kedua orang tuaku yang senantiasa mendoakanku dan merawatku semenjak kecil baik dalam kesusahan maupun kesenangan.

Ucapan terima kasih juga ku sampaikan kepada kakak-kakakku yang berjumlah 7 orang. Selanjutnya ucapan terima kasih untuk sahabatku, Istiyanto Khabyby dan Belly Agustian Anwar serta Mas Iman Nurjaman yang dengan suka rela tanpa meminta balasan meminjamkan komputernya untuk mengetik tulisan ”Sepeda Jengki” ini sehingga selesai sesuai harapanku. Aku juga berterima kasih kepada Bapak Ir. Sidiq Budiyanto (Ketua Dompet Sosial Al Kautsar) yang menyemangatiku untuk terus semangat dalam menyelesaikan tulisan ini. Ku juga berterima kasih kepada Andrea Hirata sang Penulis novel tetralogi “LASKAR PELANGI” meskipun ia tak tahu berkat tulisannya itu aku jadi lebih semangat dan mohon maaf jika ada sedikit kata-katanya yang kukutip tanpa pamit karena ketidaktahuanku bagaimana cara meminta izin kepadanya. Walaupun tulisan ini diketik di tengah kesibukkanku sebagai seorang karyawan Perusahaan Swasta yang menyita sebagian waktuku, juga di tengah kesibukkanku mengurus Perpustakaan Dompet Sosial Al Kautsar (DSAK) akhirnya selesai juga. Kuberdoa semoga tulisan ini bisa menjadi pelajaran dan dapat diambil ibrah dan hikmahnya bagi siapa saja yang membacanya termasuk bagi si badung sendiri.

Karena akibat tindakan seperti si badung akan mampu merepotkan orang banyak yang dengan rela mau direpotkan, mencemarkan nama baik yang nama baik itu sendiri tak peduli kalau ternyata dirinya dicemarkan karena dia hanyalah sebuah kata tapi tindakan itu berpengaruh terhadap si pemilik kata nama baik itu seperti Desa, Keluarga, Teman, Kakak, Guru, dan tentunya si pelaku itu sendiri seperti yang dilakukan ”Ibnu Thoha”. Padahal sebuah nama baik akan berguna disaat kita dewasa nanti guna mencari pekerjaan dan mencari sebuah kepercayaan dari orang yang kita ingin agar orang tersebut percaya pada kita.

Tak ada gading yang tak retak, apalagi ini adalah tulisan pertamaku sehingga daripada itu kritik dan saran, serta nasehat yang membangun sangat Ibnu Thoha harapkan.

Jakarta, Januari 2008

Penulis

No comments:

Post a Comment

Sahabat katakan sesuatu untuk dasir..perkataanmu kan memotivasiku untuk terus berkarya...

Related Post

Related Posts with Thumbnails