Pedal 5
Trophus ala Darwinisme
Tiga bulan sudah aku menjalani masa di SMP. Sekarang aku sedang menghadapi ulangan umum catur wulan 1. Usup temanku mengulang hafalan pelajaran sejarahnya dengan keras. Mulai dari Phitecantrophus Erectus hingga Meganthropus palaeojavanicus. Tak lupa materi ciri-ciri Homo Sapiens yang disebut-sebut sebagai generasi manusia purba yang cerdas. Siswa-sisiwi berderet di belakang gedung 1A. Mereka duduk di bawah pohon flamboyan yang sedang berbunga kuning kejinggaan. Tak hanya dia yang terdengar nyaring suara hafalannya tapi juga teman-teman yang lain tak mau kalah. Termasuk aku.
Jam kedua ujian hari ini memang pelajaran IPS Sejarah. Pelajaran yang ini memang banyak memakan memori otak kanan kami. Karena sebagian besar pelajaran ini mempelajari hal-hal masa lampau. Dan kami disuruh bertamasya ke zaman pra sejarah. Sehingga kami harus menghafalkan tentang nama manusia purba, tempat ditemukannya fosil, artefak maupun prasasti-prasasti. Padahal kalau ditelisik lebih mendalam kita yang beragama Islam tak akan mudah mempercayainya.
Bagaimana mungkin asal-usul dan nenek moyang manusia berasal dari kera. Sedangkan dalam kitab suci kami Alqur’an, nenek moyang kami berasal dari yang satu yang Allah ciptakan dari saripati tanah liat yaitu Nabi Adam. Namun bagi para pengikut teori Evolusi Darwin, mereka yakin dengan teori mereka bahwa nenek moyang mereka berasal dari kera.
Sekalipun itu merendahkan harga diri mereka. Sehingga nama-nama fosil yang mereka para arkeolog Darwinisme temukan tak akan jauh gelarnya dengan “TROPHUS”. Lihat saja contohnya. Yang terkenal Phitecantrophus Erectus (Manusia kera yang berjalan tegak) lalu ada Meganthropus palaeojavanicus disusul dengan banyak jenis trophus-trophus yang lain seperti Pitecantrophus Wajakensis, Pitecantrophus Nethertalensis, Pitecantrophus Pekinensis dan lain sebagainya.
Seminggu sudah UUC 1 kami jalani. Siswa yang nilainya kurang harus menjalani remedial. Alhamdulillah dari sekian pelajaran yang diujikan tak satupun yang tega mencantumkan namaku dalam daftar siswa yang ikut remedi. Hari ini keberuntungan dan rahmat Ilahi masih memayungi siswa desa ini. Pengumuman itu sendiri ditulis di selembar kertas daftar absensi siswa yang ditempelkan di kaca ruang guru. Selama seminggu kegiatan belajar mengajar praktis kosong. Guru-guru sibuk menyetorkan daftar nilai siswa ke walikelas-walikelas. Sedang para siswa paling datangnya jam 7 pagi lalu jam 10 sudah sepi. Sabtu depan ayahku akan mengambilkan raportku.
Ayahku datang dengan sepeda jengki biru. Pakaiannya sederhana hanya kemeja batik dengan celana cokelat muda tapi lebih cocok kalau dibilang krem. Kulit hitam dengan uban menghiasi rambutnya. Senyum keci terlempar dari mulutnya ketika ia mellihatku yang sedang duduk bergerumun dengan teman-temanku. Giginya kuning namun tetap utuh belum ada yang tanggal meskipun usianya telah 60an. Katanya ia jarang sikat gigi tapi ia tidak sering makan dan minum yang panas-panas dan dingin-dingin. Sehingga meskipun usianya telah menginjak senja giginya tetep utuh. Itulah rahasianya sekalian menjalankan perintah sang baginda Rasul. Sekali mendayung 2/3 pulau terlampaui. Sambil nyari pahala sambil merawat gigi.
Pukul sembilan pagi ia keluar dari ruangan. Acara pembagian raport telah usai. Ia langsung pamit tanpa mengucapkan sebatang kata selain senyuman dan salam. Katanya hendak mengambil raport kakakku di SMA Bojong.
“Alhamdulillah tak ada yang merah, aku dapat predikat juara kelas lagi!” teriakku di sanubari.
No comments:
Post a Comment
Sahabat katakan sesuatu untuk dasir..perkataanmu kan memotivasiku untuk terus berkarya...