"Teeeet..Teeeet..Teeet..!!"
Bel pulang sekolah berbunyi. Suara anak-anak terdengar hingga radius 50 meter. Mereka sedang berdoa sebelum pulang.
"Wal'ashri innal insaana lafii khusrin.."
Berlarianlah putri-putri kecil di belakang para pangeran. Kerudung-kerudung putih menutupi aurat para bidadari MIM Tunjungsari.
Di kelas 5, aku, Bari dan Ifu tak langsung pulang. Ifu akan berlatih tanding dengan lawan yang didatangkan Pak Mawardi. Bari akan melawan sang Kepala Sekolah MI yang suka menarik jambang siswa yang bandel. Aku dan Eni akan berlatih bersama Bu Khol di Masjid As-Sholihin.
Ifu menata meja tenis di kelas 6. Bangku-bangku yang digunakan siswa kelas 6 di pinggirkan. Meja tenis di letakkan di tengah mengarah ke timur-barat.
Kalau Ifu latihan di kelas 6, maka Bari latihan di kelas 5. Ia sudah berhadapan dengan Pak Kepala Sekolah yang suka merokok. Aneh memang sih, seorang kepala Madrasah kok merokok. Tapi memang begitulah keadaannya. Dan hanya beliau yamg merokok di sekolah kami.
Di masjid, Eni membaca puisi terlebih dahulu. Aku dan Bu Khol menyimak. Siapa tahu dia salah baca. Meskipun dalam latihan, ia tak segan-segan mengeluarkan mutiara bening di pelupuk matanya. Ia begitu meresapi kata demi kata, bait demi bait.
Sesekali sesenggukan ia lakukan. Hingga kalimat terakhir dan salam penutup ia lantunkan. Giliranku membaca puisi. Eni menjadi penonton bareng Bu Khol. Di luar ruangan masjid, teman-temanku juga ikut menonton. Hal itu membuatku grogi. Kupegang teks puisi yang telah ditulis ulang oleh Bu Khol di atas karton yang dilapisi kertas bungkus kado bermotif batik. Tulisan indah khas perempuan membuat mata anak ingusan ini jadi mudah membacanya.
"Assalamu'alaikum warahmatullohi wabarokatuh." dengan lantang aku mulai membaca puisi wajib untuk lomba nanti.
Judul puisi dan pengarang ku eja terlebih dahulu sebelum masuk bait pertama. Pada bait kelima hafalanku rada lemah. Padahal kala itu aku sedang meresapi bacaan puisi. Karena memang baca puisi bukan deklamasi, maka aku pun menengok teks. Namun malah keder. Dan ketawapun pecah. Bu Khol dan Eni menertawakanku.
"Maaf Bu, dasir lupa." ungkapku menyesal.
"Tidak apa-apa, kan bisa baca. Lain kali kalau lupa-lupa ingatnya hanya bait kelima, improvisasi saja sendiri. Bait berikutnya hafal khan?" jawabnya bijak.
"Iya Bu, dasir hafal. Tapi impropikasi apa bu?" tanyaku lugu.
"Improvisasi bukan impropikasi. Yaitu menambahkan kata yang menurut dasir nyambung dengan bait sebelum dan sesudahnya. Tapi harus cepat jangan kelamaan. Meskipun itu bisa mengurangi nilai tapi insya Alloh kalau dasir penghayatannya tinggi, juri pasti akan terkesima." terangnya yang kuikuti anggukan sebagai tanda pahamku.
Jam dinding menunjukkan pukul 14.00, penduduk kota usus telah berdemo. Bu Khol pun mendengar teriakan orasi dari kota lambungku. Ia mengakhiri latihan hari ini seraya menceramahi ku dan Eni dengan pesan-pesan penyemangat dan latihan terakhir rabu esok sebelum lomba.
Ifu dan Bari juga telah selesai latihannya. Ifu basah kuyup. Bari dan aku kering. Kami berjalan pulang bersama. Karena memang rumah kami searah di Tunsa barat (Tunjungsari bagian barat). Bari malam ini akan latihan lagi bareng Kang Zul. Aku dan Ifu tidak latihan karena harus mengaji.
Rabu sehabis latihan Pak Mawardi mengumpulkan kami. Ifu dan Bari diminta mengenakan seragam olah raga. Sedang aku dan Eni diminta menyiapkan seragam biru putih. Bawahannya biru atasnya putih. Akupun meminta ibuku untuk menyiapkannya. Kebetulan masih kotor, jadi ibuku mencucinya. Aku memang belum mencuci baju sendiri. Nanti kalau sudah SMP saja nyucinya, bilangku setiap kali disuruh mencuci oleh ibu.
Jumat jam 6 pagi kami telah berkumpul. Pak Mawardi, Sang Kepala Sekolah, Bu Kholilah dan para atlet semuanya telah berkumpul. Ifu dan Bari mengenakan kaos biru berlambang matahari bersinar 12 bertuliskan huruf arab di tengahnya yang berbunyi 'MUHAMMADIYAH'. Keduanya pakai celana pendek biru. Eni dan aku seperti pesanan Pak Mawardi menggunakan atas putih bawah biru. Beberapa murid yang lain juga ikut. Mereka akan menjadi suporter kami. Sebuah truk kuning berbak kayu telah duduk manis di timur sekolah. Ia akan mengangkut gerombolan ingusan berlomba untuk meraih predikat jawara Pekalongan. Lomba akan dimulai pukul 7.30 berlokasi di Kecamatan Kedungwuni. Gelaran bertajuk PORSENI MI ini diadakan 2 tahun sekali. Penyelenggaranya adalah Depag Pekalongan.
Tidak hanya Tenis Meja, Catur dan Baca Puisi saja yang dilombakan. Namun ada MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an), mocopat, lari, gerak jalan, volly, dan termasuk Pramuka juga dilombakan. Untuk Gerak jalan dan MTQ MI kami telah takluk. Tinggal 3 cabang ini yang masih bertahan. Selain di tunggal Ifu juga masih bermain di ganda berpasangan dengan Jamil. Semua pendamping, suporter dan atlet telah naik ke truk. Hanya Jamil yang belum. Makanya kami menunggunya hingga setengah tujuh nanti. Akhirnya ia pun datang dengan lari tergopoh-gopoh.
"Ayo berangkat Pak Slamet!" perintah Pak Mawardi pada sopir truk bertuliskan 'DOA IBU' di bagian belakangnya.
Dengan keahliannya mengendalikan kendaraan roda 4 ini, Pak Slamet membawa kami menuju arena lomba. Peserta dari MI yang lain telah sampai di sana. Sebuah miniatur ka'bah terlihat dari truk. Memang, di lokasi ini biasa digunakan untuk latihan manasik haji adik-adik TK. Aku termasuk yang belajar manasik di sini dulu.
Truk berhenti. Pak Mawardi turun lebih dulu karena mau registrasi ulang ke panitia.
Bersambung
Sambungan akan muncul ba'da jumat (insya Alloh) biar pas momentnya. *berharap*
ReplyDelete(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
ReplyDeletenyerobot pertamaaxx dari yang empunya blog.
Hehehehehe
(maaf) izin mengamankan KEDUA dulu. Boleh kan?!
ReplyDelete(maaf) izin mengamankan KETIGA dulu. Boleh kan?!
ReplyDelete(maaf) izin mengamankan KEEMPAT dulu. Boleh kan?!
ReplyDeleteAyo siapa yang mau kelimaaaxxz??
Hehe mas. Jadi ingat waktu aku masih sekolah SD dulu. Tapi di SD ku waktu itu gak ada peraturan seperti sekarang. Pakaian mesti seragam. dulu gak tuh. Boleh pake pakaian apa saja. Gak harus seragam.
ReplyDeleteOhya nanti atau kapan-kapan jika sudah selesei nulis langsung di amankan saja ya ke1-ke4 hehe maap guyon
ReplyDelete@alamendah: aman dan boleh
ReplyDelete@udinroy: hahahaha
wah kapan-kapn aku juga mau ngamankan tuh komen No1 ampe ke No4 tunggu saja tanggal maen-nya hehe
ReplyDeletehahaha. jadi hoget masa-masa Sd dimana otakku masih pinter. hehehe.
ReplyDeletecerita masa SD selalu memberi kenangan terindah buatku :)
ReplyDeletesalam kenal, aku follow yach
@andigokiel: sepintar einsten pastinya ya?
ReplyDelete@zahra l: trmksh. Salam
wah, latihan baca puisinya masih lanjut ya..........
ReplyDeletesalam.
@bundadontworry: biar makin yahud bunda.
ReplyDeletenumpang nampang
ReplyDelete